Seoul (ANTARA) - Rumah-rumah sakit umum besar di Seoul dan sekitarnya kesulitan untuk menangani pasien karena ribuan dokter magang meninggalkan pekerjaan mereka untuk aksi mogok kerja hingga hari ketiga.

Aksi mogok kerja tersebut sebagai protes atas rencana pemerintah untuk meningkatkan jumlah mahasiswa kedokteran.

Konfrontasi antara dokter dan pemerintah mengenai niat untuk meningkatkan kuota masuk sekolah kedokteran sebesar 2.000 kursi semakin kuat ketika pihak berwenang mengancam akan mengeluarkan surat perintah penangkapan bagi mereka yang mempelopori pengunduran diri kolektif dokter magang dan dokter residen secara nasional.

Sejauh ini, 8.816 dokter peserta pelatihan, atau 71,2 persen dari semua dokter junior, telah mengajukan pengunduran diri mereka, dan 7.813 di antaranya telah meninggalkan tempat kerja mereka, Wakil Menteri Kesehatan Kedua Park Min-soo mengatakan kepada wartawan.

Park mengatakan pemerintah memerintahkan 6.228 dokter magang untuk kembali bekerja.

Pengunduran diri kolektif dokter junior memicu kekhawatiran "kekosongan layanan perawatan kesehatan ," dan ruang operasi memangkas kapasitas hingga 50 persen di lima rumah sakit umum terbesar di Seoul, kata sumber medis.

Operasi dipotong setengahnya di Rumah Sakit Severance di Seoul tengah, dan Rumah Sakit St. Mary dan Asan Medical Center di Seoul selatan dan timur, masing - masing mengurangi kapasitas operasi mereka sebesar 30 persen.

Terlepas perintah kembali bekerja dari pemerintah, dokter magang tidak menunjukkan tanda-tanda mundur.

Dalam sebuah pernyataan, Asosiasi Residen Magang Korea, sebuah organisasi besar dokter peserta pelatihan, menuntut pemerintah menarik rencana untuk meningkatkan jumlah mahasiswa kedokteran.

Sumber: Yonhap
Baca juga: Korsel minta dokter tetap layani pasien di tengah aksi mogok
Baca juga: Dokter di Korsel ancam unjuk rasa, vaksinasi COVID bisa terganggu
Baca juga: Korsel perintahkan dokter yang mogok kerja kembali rawat pasien


Penerjemah: Yuni Arisandy Sinaga
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2024