London (ANTARA) - Semakin banyak merek mobil China, terutama merek kendaraan listrik (electric vehicle/EV), yang memasuki Inggris dan konsumen Inggris terbuka dengan hal itu, demikian disampaikan seorang pemimpin industri otomotif Inggris kepada Xinhua.

Selama perdagangan berjalan dengan bebas dan adil, merek-merek China yang masuk ke Inggris membawa hal positif bagi konsumen Inggris dan industri, kata Mike Hawes, chief executive Society of Motor Manufacturers and Traders (SMMT).

Masuknya merek-merek ini ke pasar Inggris merangsang persaingan, yang pada gilirannya mendorong inovasi, jelas Hawes.

Pasar Inggris selalu sangat terbuka dan kompetitif, kata Hawes kepada Xinhua. "Itu sebabnya saat ini banyak merek baru berdatangan ke Inggris," imbuhnya.

China merupakan salah satu pasar otomotif, sekaligus produsen dan pengekspor mobil, terbesar di dunia, tegas Hawes. Negara itu bergerak cepat dalam produksi dan penjualan mobil listrik serta memiliki skala ekonomi yang akan membantunya bersaing secara internasional.
 
 
  Robot mengelas cangkang mobil di bengkel pembuat kendaraan listrik (EV) Tiongkok, Li Auto Inc. di Changzhou, Provinsi Jiangsu, Tiongkok timur, pada 10 Januari 2024. (Xinhua/Ji Chunpeng)



Data dari Asosiasi Manufaktur Mobil China (China Association of Automobile Manufacturers/CAAM) menunjukkan bahwa ekspor kendaraan energi baru (new energy vehicle/NEV) China, termasuk kendaraan listrik murni dan hibrida, melonjak 77,6 persen menjadi lebih dari 1,2 juta unit pada 2023.   

Menurut SMMT, investasi sebesar 23,7 miliar poundsterling Inggris (1 poundsterling Inggris = Rp19.772) atau sekitar 29 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp15.658), lebih besar daripada gabungan investasi selama tujuh tahun sebelumnya, telah dikucurkan untuk industri ini pada 2023.

Kolaborasi antara Inggris dan China dalam industri otomotif merupakan cara untuk berbagi biaya investasi guna menjawab tantangan-tantangan terbesar di industri global itu, seperti elektrifikasi dan kendaraan otonomos, ungkap Hawes.

Kolaborasi tersebut juga membantu mengidentifikasi solusi dan inovasi dari belahan dunia lain. "Di Inggris, kami memiliki hubungan yang sangat erat antara industri dan akademisi, dan begitu banyak merek China sudah mendirikan pusat penelitian dan pengembangan mereka di Inggris," lanjut Hawes.

Meski mengakui bahwa karena ketidakpastian politik dan ekonomi, Inggris menjadi tempat yang sulit untuk berinvestasi dalam lima hingga enam tahun terakhir, Hawes menggarisbawahi bahwa industri otomotif Inggris membukukan investasi yang luar biasa tahun lalu.
 
  Robot mengelas cangkang mobil di bengkel pembuat kendaraan listrik (EV) Tiongkok, Li Auto Inc. di Changzhou, Provinsi Jiangsu, Tiongkok timur, pada 10 Januari 2024. (Xinhua/Ji Chunpeng)    


Menurut SMMT, investasi sebesar 23,7 miliar poundsterling Inggris (1 poundsterling Inggris = Rp19.772) atau sekitar 29 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp15.658), lebih besar daripada gabungan investasi selama tujuh tahun sebelumnya, telah dikucurkan untuk industri ini pada 2023

Hawes mengatakan "kepercayaan yang sangat besar" ini menyiapkan Inggris untuk beralih dari kendaraan bermesin pembakaran internal ke kendaraan listrik.

Kendati demikian, harga kendaraan listrik yang relatif tinggi membuat konsumen swasta di Inggris enggan membelinya, tutur Hawes. SMMT bekerja sama dengan pemerintah untuk mengupayakan keringanan pajak bagi konsumen swasta.

Hawes juga menyerukan agar lebih banyak titik pengisian daya publik dibangun di seluruh negeri, termasuk di jalan-jalan, area parkir, dan pusat perbelanjaan.

Menurut pemerintah, per 1 Januari tahun ini, terdapat 53.677 titik pengisian daya kendaraan listrik di Inggris. 

Pewarta: Xinhua
Editor: Santoso
Copyright © ANTARA 2024