Jakarta (ANTARA) -
Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS pada akhir perdagangan Jumat ditutup melemah di tengah sentimen penurunan suku bunga Amerika Serikat (AS).
 
Pada akhir perdagangan Jumat, rupiah turun delapan poin atau 0,05 persen menjadi Rp15.598 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.590 per dolar AS.
 
"The Fed mengisyaratkan tidak ada urgensi untuk melakukan penurunan suku bunga karena diperlukan kepercayaan lebih lanjut untuk memastikan bahwa inflasi terus melambat menuju target ketika kekhawatiran akan "risiko naik" muncul," kata analis ICDX Taufan Dimas Hareva kepada ANTARA di Jakarta, Jumat.

Baca juga: Rupiah berpeluang menguat dipengaruhi optimisme pertumbuhan ekonomi
 
Meskipun para pengambil kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed mengakui bahwa risiko untuk mencapai kedua mandat tersebut lebih seimbang, mereka tetap "sangat memperhatikan" risiko inflasi, meskipun risiko ekonomi cenderung mengarah ke sisi negatifnya.
 
Data ekonomi AS yang dirilis pada Kamis (23/2) beragam. Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa klaim awal AS atas tunjangan pengangguran mengalami penurunan 12 ribu menjadi 201 ribu yang disesuaikan secara musiman untuk pekan yang berakhir pada 17 Februari 2024.
 
Untuk Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur AS S&P naik ke level tertinggi dalam 17 bulan terakhir menjadi di angka 51,5 pada bulan Februari, lalu PMI jasa S&P turun ke level terendah dalam tiga bulan terakhir di angka 51,3. Adapun laporan Produk Domestik Bruto (PDB) AS akan dirilis pada Rabu (28/2).
 
Sedangkan Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Jumat meningkat ke level Rp15.589 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.630 per dolar AS.
 
 
Baca juga: Rupiah Jumat pagi tergelincir menjadi Rp15.602 per dolar AS
 

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2024