Tokyo (ANTARA) - Industri perikanan Jepang melakukan diversifikasi tujuan ekspor untuk mengurangi ketergantungan pada China yang melarang impor produk kelautan Jepang.

Ketua pedagang grosir Yamaharu Co Yasuhiro Yamazaki, yang berjualan di pasar ikan Toyosu Tokyo, termasuk di antara banyak orang yang terkena dampak aturan China yang melarang impor produk kelautan Jepang akibat pelepasan air olahan dari pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima ke Samudera Pasifik.

“Penjualan kami berkurang setengahnya. Larangan ini membuat kami tidak punya pilihan selain mencari pasar-pasar baru,” kata Yamazaki pada Minggu.

Pencarian Yamazaki akan pelanggan baru telah membawanya ke seluruh dunia, mulai dari pantai Hawaii, Kota Los Angeles, Houston hingga pasar di Singapura dan Malaysia.

Di setiap lokasi, ia secara pribadi memamerkan makanan laut premiumnya --yang mencakup alfonsino, ikan kakap putih, dan bagian-bagian tuna sirip biru yang banyak dicari-- dengan harapan bisa mendapatkan pelanggan baru.

“Yang mengejutkan kami, banyak negara yang siap menerima makanan laut kami dan berterima kasih karena telah diperkenalkan dengan cita rasa yang begitu lezat,” ucapnya.

Baca juga: China lanjutkan larangan impor hasil laut dari Jepang

Adapun China mulai melarang impor produk perikanan Jepang sejak 24 Agustus lalu. Penjualan kerang mewakili sekitar seperempat ekspor makanan laut Jepang, dan lebih dari setengahnya sebelumnya diekspor ke China, berdasarkan buku putih tahunan perikanan Jepang untuk tahun fiskal 2022.

Sebagai tindak lanjut, pemerintah dan industri Jepang sedang menjajaki jalur pengolahan dan ekspor baru, termasuk pengolahan kerang di Meksiko untuk pasar Amerika Serikat dan beralih dari pengolahan tradisional di China.

Kendati terdapat tantangan, industri makanan laut Jepang telah menunjukkan ketahanan. Pada 2023, negara itu mencapai rekor ekspor pertanian, perikanan, dan kehutanan sebesar 1,45 triliun Yen (sekitar Rp150,3 triliun) dengan Amerika Serikat dan Hong Kong memainkan peran kunci dalam mengimbangi penurunan penjualan ke China.

Di satu sisi, masa depan hubungan dagang Jepang dengan China masih belum pasti meskipun China mencabut larangan tersebut.

“Upaya kami selalu didorong oleh keinginan murni untuk berbagi makanan laut lezat kami dengan masyarakat China. Sungguh menyedihkan melihat negara tetangga, yang begitu dekat dengan kami, menjadi semakin jauh,” tutur dia.

Sumber : Kyodo-OANA

Baca juga: Dubes Masaki tegaskan produk laut Jepang aman dikonsumsi

Penerjemah: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Copyright © ANTARA 2024