Kami fokus pada target konsumen yang tepat, proses pembiayaan yang efektif dengan menyesuaikan kepada risk appetite dan policy
Jakarta (ANTARA) -
PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN) membukukan pendapatan senilai Rp6,4 triliun atau tumbuh 18,0 persen year on year (yoy) selama tahun 2023, dengan laba bersih senilai Rp1,6 triliun.

Pembiayaan baru BFIN senilai Rp19,1 triliun pada 2023 atau turun 5 persen (yoy) dibandingkan tahun 2022, karena perseroan menghentikan sistem operasional untuk meningkatkan keamanan digital, segera setelah adanya serangan siber menjelang akhir semester I-2023.

"Pada kuartal IV- 2023, seluruh proses recovery tuntas dan kembali berfokus untuk peningkatan kinerja, dan kembali membukukan pembiayaan baru yang tumbuh 11,3 persen quarter on quarter (qoq) dibandingkan kuartal sebelumnya," ujar Direktur Keuangan BFI Finance Sudjono sebagaimana keterangan di Jakarta, Senin.

Di sisi risiko kredit, rasio pembiayaan bermasalah atau Non-Performing Financing (NPF) ditekan hingga di level bruto 1,36 persen dan level neto 0,15 persen per 31 Desember 2023, atau lebih rendah dibandingkan industri yang rata- rata berada di level bruto 2,44 persen.

"Kami fokus pada target konsumen yang tepat, proses pembiayaan yang efektif dengan menyesuaikan kepada risk appetite dan policy, serta posisi kapasitas penagihan (collection) yang seimbang,” ujar Sudjono.

Kemudian, Imbal Hasil Rata-Rata atas Aset (RoAA) dan Imbal Hasil Rata-Rata atas Ekuitas (RoAE) masing-masing menempati level 8,4 persen dan 17,7 persen per Desember 2023, atau lebih tinggi dibandingkan rata-rata industri yang berada di level 5,6 persen dan 15,0 persen.

“Dengan segala dinamika yang terjadi di tahun 2023, kami berkomitmen untuk tetap tumbuh secara sehat,” ujar Sudjono.

Berdasarkan piutang pembiayaan yang dikelola, bisnis perseroan didominasi pembiayaan beragun kendaraan roda empat dan roda dua (62,7 persen), pembiayaan alat berat dan mesin (14,9 persen), pembiayaan untuk pembelian unit kendaraan roda empat bekas dan baru (14,0 persen), pembiayaan beragun sertifikat properti (4,4 persen), serta
pembiayaan berbasis syariah (4,0 persen).

Selain pinjaman bank, perseroan memperoleh pendanaan dari pasar surat utang dalam bentuk Obligasi Rupiah, dimana telah tiga kali menerbitkan obligasi baru selama 2023, yaitu Obligasi Berkelanjutan V BFIN Tahap III, IV, dan V Tahun 2023, dengan nilai perolehan seluruhnya Rp3,8 triliun.

Pada tahun lalu, perseroan juga merambah ke sektor pembiayaan kendaraan roda dua berbasis energi listrik atau electric vehicle (EV) pada semester II-2023 dan bekerja sama dengan lima merek kendaraan roda dua listrik lokal di wilayah Jabodetabek.

“BFIN telah mengambil langkah inovatif sejak tahun 2020 dengan menyempurnakan cara kerja dan model operasional kami. Langkah ini merupakan bagian dari strategi jangka panjang Perusahaan untuk meningkatkan daya saing dan pertumbuhan bisnis,” ujar Sudjono.

Perseroan mencatatkan nilai aset baru senilai Rp24,0 triliun pada 2023, atau naik 9,4 persen (yoy) dibandingkan senilai Rp21,9 triliun pada tahun 2022.

Besarnya kelolaan aset perseroan saat ini terkontribusi dari bertumbuhnya total piutang pembiayaan yang dikelola (managed receivables) sebesar 7,4 persen dari Rp20,5 triliun pada 2022 menjadi Rp22,0 triliun pada 2023.

Baca juga: BFI Finance komitmen terus berbenah usai alami disrupsi operasional
Baca juga: BFI Finance targetkan pembiayaan Rp21 triliun pada akhir 2023

Pewarta: Muhammad Heriyanto
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2024