Jakarta (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri (Menlu) Nur Hassan Wirajuda mengingatkan tim relawan RI yang akan bertolak ke Suriah, Senin dini hari (14/8), untuk membawa bantuan kemanusiaan bagi rakyat Palestina dan Lebanon agar ekstra hati-hati demi keselamatan karena keamanan Jalur Gaza dan Lebanon Selatan "sangat rawan" dalam agresi Israel di kedua negara itu. "Menlu menjelaskan tentang peta keamanan di Palestina dan Lebanon Selatan. Lebanon Selatan sangat rawan sekali, sehingga perlu kehati-hatian dalam menjalankan misi ke sana," kata Ketua Komite Kemanusiaan Indonesia yang juga Ketua Nasional untuk Rakyat Palestina, Suripto, seusai bertemu Menlu Hassan Wirajuda di Jakarta, Kamis. Menurut dia, pihaknya akan mempertimbangkan masukan Menlu Wirajuda, termasuk kemungkinan apakah bantuan kemanusiaan rakyat Indonesia yang diamanahkan ke tim relawan yang dipimpinnya itu hanya dibawa sampai Suriah untuk kemudian disalurkan kepada para korban dengan bekerjasama dengan organisasi kemanusiaan setempat. Namun, bisa juga tim relawan beranggotakan 10 orang, termasuk empat anggota DPR-RI, ini dipecah menjadi dua tim kecil untuk memperlancar misi kemanusiaan di Jalur Gaza dan Lebanon Selatan sebagai dua wilayah paling rentan sejak Israel melancarkan agresinya, kata Suripto. "Jumlah korban yang besar berada di kedua wilayah itu (Jalur Gaza dan Lebanon Selatan). Tim bisa saja dipecah dua. Satu masuk melalui Mesir (untuk menuju Jalur Gaza), sedangkan tim yang akan masuk ke Lebanon dapat melalui Suriah atau Yordania," katanya. Terlepas dari itu, keputusan akhir akan diambil setelah melihat langsung kondisi di lapangan," katanya. Mengenai bantuan kemanusiaan bagi rakyat Palestina dan Lebanon itu, Suripto mengatakan, total nilai bantuan yang diamanahkan publik kepada timnya mencapai satu juta dolar Amerika Serikat (AS). Dari jumlah itu, sebanyak 600 ribu dolar AS di antaranya sudah disampaikan kepada rakyat Palestina, termasuk seratus ribu dolar AS sudah diserahkan langsung kepada Menlu Palestina ketika berada di Jakarta beberapa waktu lalu. Sebanyak 500 ribu dolar AS lainnya juga sudah disalurkan melalui para kurir maupun utusan Palestina yang datang ke Jakarta, katanya. "Dalam misi tim relawan yang akan berangkat ini, bantuan kemanusiaan berupa pangan dan di luar bantuan medis yang akan diserahkan adalah 400 ribu dolar AS yang masih tersisa," katanya. Suripto selanjutnya mengatakan, tim relawan beranggotakan 10 orang itu terdiri atas empat anggota DPR RI dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (tiga orang) dan Fraksi Golkar (satu orang) serta aktivis lembaga swadaya masyarakat dan petugas medis dari Bulan Sabit Merah Indonesia. "Selain menyerahkan bantuan kemanusiaan, tim ini juga akan melakukan survei lapangan untuk mengetahui bentuk dan jenis bantuan apa yang sesungguhnya diperlukan rakyat Palestina dan Lebanon," kata anggota Komisi I DPR-RI itu. Ia selanjutnya mengatakan, dirinya bersama ketiga anggota DPR lainnya akan menjalankan misi ini hingga 20 Agustus, sedangkan anggota tim lainnya, khususnya dokter dan para medis akan lebih lama. "Insya Allah, saya dan teman-teman DPR paling lama sampai 20 Agustus, sedangkan tim medis akan lebih lama dan bergiliran," katanya. Solidaritas dan simpati bangsa Indonesia terhadap nasib dan perjuangan rakyat Palestina dan Lebanon menentang agresi dan penjajahan Israel atas kedua negara itu terus bergulir dalam beberapa pekan terakhir. Berbagai aksi demonstrasi dan pengumpulan bantuan kemanusiaan dilakukan oleh elemen masyarakat dari berbagai latar belakang agama di Jakarta dan kota-kota besar lain di Indonesia. Bahkan, banyak di antara mereka mendaftarkan diri di beberapa organisasi kemasyarakatan untuk berjihad di Palestina dan Lebanon. Perlu konsultasi dulu Untuk itu, Pemerintah Indonesia telah mengimbau setiap Warga Negara Indonesia (WNI) yang berniat untuk mengirimkan misi kemanusiaan ke sana untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan Departemen Luar Negeri (Deplu). "Jika ada kelompok-kelompok dari Indonesia yang ingin membantu dengan cara mengirimkan misi kemanusiaan maka tolong dikonsultasi dengan kami," kata Menlu Hassan Wirajuda. Menurut Menlu, Pemerintah Indonesia memiliki sejumlah perwakilan di luar negeri, termasuk di Lebanon, yang aktif mencermati perkembangan terakhir di lapangan. "Perwakilan kita dapat dengan cepat memberikan informasi mengenai daerah-daerah yang aman dan tidak aman, daerah yang masih diblokade ataupun tempat-tempat yang menjadi konsentrasi pengungsi yang masih sangat membutuhkan bantuan medis atau makanan," katanya. Namun, lanjut dia, hingga kini belum ada kelompok-kelompok tertentu yang mengumumkan akan mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Lebanon yang melakukan konsultasi dengan pihak Deplu. Menlu menyebutkan, situasi di lapangan tidak mudah bahkan organisasi-organisasi internasional yang sudah sangat berpengalaman untuk menyalurkan bantuanpun mengalami kesulitan untuk memasuki daerah-daerah yang diduduki Israel atau menjadi sasaran pengeboman. Zionis Israel telah menggempur berbagai kota dan desa di selatan Lebanon untuk melemahkan Hizbullah sejak 12 Juli lalu. Sedikitnya seribu warga Lebanon tewas dalam berbagai serangan militer Israel yang didukung Amerika Serikat (AS) dan Inggris. Sebagian besar korban itu adalah warga sipil. Konflik yang dipicu oleh penahanan dua tentara Israel oleh para pejuang Hizbullah itu mengundang kecaman masyarakat internasional setelah PBB tak bisa berbuat apa-apa untuk menghentikan agresi itu. Sebelum melancarkan agresinya ke Lebanon, Israel terlebih dahulu menyerang Palestina, menangkapi para pejabat pemerintahan negara itu, membunuhi warga sipil dan menghancurkan berbagai infrastruktur negara yang tanahnya diduduki Zionis dukungan AS dan Inggris tersebut selama berpuluh-puluh tahun. (*)

Copyright © ANTARA 2006