Bengkulu (ANTARA) - Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Bengkulu melakukan langkah-langkah untuk mengantisipasi kenaikan harga tiga komoditas pokok yakni beras, cabai merah, dan bawang merah, menjelang Ramadhan 1445 H.

"Yang pertama beras tentunya, karena beras memegang pengaruh tertinggi di level inflasi, bobotnya lumayan tinggi, jadi ada pergerakan sedikit di beras saja, itu akan mempengaruhi inflasi," kata Deputi Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu Dhita Aditya Nugraha di Bengkulu, Selasa.

Menurut dia, ada beberapa langkah yang dilakukan untuk memastikan ketersediaan kecukupan beras di pasaran.

Pertama yakni mengakselerasi produksi gabah petani sehingga pasokan beras Provinsi Bengkulu tetap stabil di 2024 termasuk menjelang Ramadhan ini.

Bank Indonesia, katanya, sejak jauh hari sebelum Ramadhan 2024 telah membina petani dalam mengembangkan pertanian padi dengan bibit yang lebih tahan cuaca ekstrem di Kabupaten Mukomuko.

Pada panen pertama 1 Februari 2024 menunjukkan hasil yang menggembirakan. Demonstration plot (demplot) padi berbasis total organik di Desa Sumber Makmur, Kecamatan Lubuk Pinang, Kabupaten Mukomuko, itu mampu menghasilkan gabah 13 ton per hektarenya.

"Setelah dilakukan pengubinan di 2 petak dengan luas masing-masing 625 meter persegi, dihasilkan 8,14 dan 8,12 kg. Sehingga kalau dikonversi ke hektare akan dihasilkan sekitar 13 ton per hektare, jauh di atas produksi rata-rata padi yang sebesar 5,4 ton per hektare," kata dia.

Kemudian, TPID Bengkulu juga memastikan kecukupan beras daerah dari stok cadangan beras pemerintah dan menggelar operasi pasar serta pasar murah agar harga beras stabil di pasaran.

Komoditas kedua yang diawasi TPID Bengkulu yakni cabai merah karena beberapa minggu terakhir ketersediaan cabai merah di pasar tradisional di Bengkulu menurun.

Hal itu, kata Aditya, disebabkan berkurangnya hasil panen petani di sentra-sentra pertanian cabai. Saat ini, sedang masa tanaman sela cabai merah, kemudian permasalahan hama juga menyebabkan panen petani berkurang.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, TPID Bengkulu sejak 2023 lalu sudah mengembangkan seluas 26 hektare demplot dan klaster untuk 3 komoditas bahan pangan yakni padi, cabai merah termasuk cabai rawit, dan bawang merah.

Selain itu, TPID juga akan mengoptimalkan kerja sama antardaerah dalam memenuhi kebutuhan komoditas pokok, termasuk cabai merah.

"Yang ketiga bawang merah, itu juga kami antisipasi karena di Sumatra sendiri antara produksi dan permintaan masih belum berimbang, jadi masih mendatangkan sebagian bawang merah dari Pulau Jawa terutama dari Brebes," kata dia.

Oleh karena itu, TPID Provinsi Bengkulu terus memastikan proses dan jalur distribusi bawang merah sampai ke Bengkulu tidak mengalami gangguan yang menyebabkan biaya distribusi meningkat.

Beberapa upaya lain juga dilakukan untuk meningkatkan produksi bawang merah lokal pertanian Provinsi Bengkulu, sebut Aditya.

Baca juga: BI mengajak warga Bengkulu bijak belanja beras
Baca juga: Inflasi Provinsi Bengkulu 2023 sebesar 3,09 persen
Baca juga: Bengkulu-Bulog jalin kerja sama pengelolaan mandiri gabah daerah

Pewarta: Boyke Ledy Watra
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2024