Tokyo (ANTARA) - Populasi Jepang menyusut dengan rekor penurunan mencapai 831.872 jiwa pada 2023 dengan angka kelahiran di negara itu mencapai titik terendah baru, demikian menurut data awal yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan setempat pada Selasa (27/2).

Jumlah bayi baru lahir di Jepang anjlok ke rekor terendah, turun 5,1 persen menjadi 758.631 pada periode pelaporan, menurut Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan Jepang.

Angka tersebut, yang turun 5,1 persen dari 2022, menandai penurunan selama delapan tahun berturut-turut dan bertahan di bawah angka 800.000 sejak 2022.

Selain tren menunda menikah dan melahirkan, pihak kementerian juga mengaitkan penurunan ini dengan sejumlah faktor, seperti pandemi COVID-19 yang menyebabkan rekor angka pernikahan yang rendah pada 2020 dan 2021, sehingga mengganggu aktivitas persalinan dan mempercepat tren penyusutan populasi.

Data yang dirilis pada Selasa tersebut menunjukkan bahwa jumlah pernikahan mencapai 489.281, turun di bawah angka 500.000 untuk pertama kalinya sejak berakhirnya Perang Dunia II, serta turun sekitar 30.000 dari tahun sebelumnya.

Angka kematian di negara itu meningkat selama tiga tahun berturut-turut yang mencapai rekor tertinggi, yaitu 1.595.503 jiwa. Sementara itu, penurunan populasi alami, yang dihitung dengan mengurangkan jumlah kelahiran dari kematian, mencapai 831.872 jiwa, menandai penurunan terbesar dalam sejarah selama 17 tahun berturut-turut.

Para pakar Jepang mengungkapkan bahwa laju penurunan populasi di negara itu lebih cepat dari perkiraan. Menurut proyeksi jumlah populasi yang dikeluarkan oleh Institut Nasional Penelitian Kependudukan dan Jaminan Sosial (National Institute of Population and Social Security Research) pada 2017, populasi Jepang diproyeksikan turun di bawah 100 juta jiwa pada 2053 dan menjadi 88,08 juta jiwa pada 2065.

Angka awal dinamika populasi mencakup penduduk warga asing di Jepang dan warga negara Jepang yang tinggal di luar negeri, sedangkan angka finalnya, yang hanya mencakup warga negara Jepang yang tinggal di negara itu, diperkirakan akan lebih rendah.

"Berdasarkan tren-tren sebelumnya, saya kira ada kemungkinan besar angka kelahiran pada 2023 akan turun di bawah 750.000," ujar Kazumasa Oguro, profesor ilmu ekonomi di Universitas Hosei.


 

Pewarta: Xinhua
Editor: Ade irma Junida
Copyright © ANTARA 2024