London (ANTARA) - Sebuah penelitian menemukan bahwa mencairnya es di Arktika berkaitan dengan musim panas di Eropa yang lebih panas dan lebih kering, yang berarti cuaca di Eropa dapat diprediksi hingga setahun sebelumnya.

"Lokasi dan kekuatan kejadian air lelehan (meltwater) di Atlantik Utara pada musim dingin memberikan petunjuk berharga tentang lokasi, kekuatan, dan karakter anomali cuaca Eropa pada musim panas berikutnya," kata ilmuwan peneliti di Pusat Oseanografi Nasional (National Oceanography Centre/NOC) Marilena Oltmanns.

NOC merupakan lembaga oseanografi independen di Inggris yang melakukan penelitian ilmiah dalam berbagai bidang, termasuk fisika kelautan dan iklim laut, pemodelan sistem kelautan, serta teknologi dan rekayasa kelautan.

Makalah yang diterbitkan di Weather and Climate Dynamics ini mengusulkan sebuah mekanisme di mana air lelehan di Atlantik Utara memulai sebuah rantai kejadian, yang memicu cuaca yang lebih panas dan lebih kering di Eropa pada musim panas.

Hal ini menunjukkan bahwa pencairan es di daratan dan lautan diperkirakan akan meningkat dalam beberapa dekade mendatang, yang mengakibatkan peningkatan jumlah air tawar yang mengalir ke Atlantik Utara.

Menggunakan data satelit, hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya peningkatan risiko musim panas yang hangat dan kering di Eropa, gelombang panas, dan kekeringan, mengingat anomali air tawar yang lebih kuat berdampak lebih cepat terhadap sirkulasi atmosfer dan cuaca

Hubungan yang teridentifikasi sangat signifikan dalam rentang waktu dari tahunan hingga puluhan tahun dan mengindikasikan peningkatan prediktabilitas cuaca musim panas di Eropa, setidaknya satu musim dingin sebelumnya.

Menurut NOC, penelitian ini merupakan langkah maju untuk meningkatkan pemodelan, yang akan memungkinkan industri dan pemangku kepentingan merencanakan ke depan untuk kondisi cuaca tertentu seperti menginformasikan kepada petani tentang tanaman apa yang paling baik untuk ditanam, memprediksi penggunaan bahan bakar, dan bersiap-siap menghadapi bencana banjir.

Pewarta: Xinhua
Editor: Imam Budilaksono
Copyright © ANTARA 2024