Saya bercerita sedikit, dulu saat kecil, kami tidak punya banyak buku, tetapi mama saya selalu menulis doa bapak kami, saya belajar dari situ
Jakarta (ANTARA) - Duta Baca Provinsi Papua Michael Jhon Yarisetouw menginisiasi Program Waktu Membaca Keluarga untuk membangun kebiasaan membaca masyarakat Papua, yang dilakukan sejak ia terpilih sebagai Duta Baca tahun 2016.

"Setelah terpilih menjadi Duta Baca, saya melakukan kampanye ke kampung-kampung dengan judul Waktu Membaca Keluarga, bagaimana membangun kebiasaan membaca dalam keluarga, karena apa yang kita dengar dan apa yang kita baca itu membentuk diri kita," kata Michael dalam diskusi oleh Perpustakaan Nasional (Perpusnas) yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis.

Ia menjelaskan Gerakan Waktu Membaca Keluarga tersebut adalah upaya membangun kebiasaan membaca anak sejak dini yang melibatkan peran orang tua.

"Kalau bisa dibilang membentuk kebiasaan membaca sejak kecil itu adalah golden hour, karena masa kita kecil itu membentuk kita sekali. Saya bercerita sedikit, dulu saat kecil, kami tidak punya banyak buku, tetapi mama saya selalu menulis doa bapak kami, saya belajar dari situ. Tiap hari yang saya baca itu, jadi huruf pertama yang saya kenal itu B," tuturnya.

Baca juga: Kiat Dee Lestari ajarkan anak kebiasaan baca buku

Pada masa kecil, kata dia, sang bapak juga selalu mengajarkan kepada anak-anaknya agar setiap pagi, setiap orang minimal harus membaca satu pasal dalam Al Kitab.

"Jam enam pagi kami doa bersama, ditanya oleh bapak, Michael yang kau baca tadi doa apa? Kemudian kami disuruh menjelaskan. Jadi mengapa kita harus kembali ke dalam keluarga? Karena peran keluarga itu sangat berarti, mengingat perpustakaan di tiap daerah itu berbeda-beda, fasilitas tidak semua bagus, orang tua-lah yang punya peran sangat penting," ungkapnya.

Ia juga berpesan kepada seluruh generasi muda yang akan memegang peran penting menuju Generasi Emas 2045 bahwa harapan itu ada dalam diri anak muda dan itu bisa dimulai  dengan kebiasaan membaca.

"Sekarang literasi bisa melalui banyak hal, literasi tidak hanya soal baca-tulis, tetapi bagaimana kemampuan kita mengakses dan memahami informasi yang kita dengar, kita baca, kemudian kita tulis, dan bisa berguna memakai itu dalam kehidupan sehari-hari," paparnya.

Baca juga: ibu Indonesia diajak tularkan kebiasaan membaca

Ia juga menekankan agar masyarakat tidak memberikan stereotipe kepada Generasi Z (GenZi) yang selalu dikaitkan dengan sifat malas, karena kepada GenZi masa depan bangsa ini justru diletakkan.

"Stereotipe bahwa GenZi itu bawa perasaan (baper) dan lain sebagainya, itu tidak benar. Saya membenci stereotipe. Anggapan bahwa GenZi itu baperan, setiap hari main hp, kemungkinan masa depan Indonesia kacau, saya tidak sepakat. Saya mau bilang bahwa harapan Indonesia Emas ada di teman-teman GenZi," katanya. 

Untuk itu ia juga berpesan agar Gerakan Waktu Membaca Keluarga dapat diimplementasikan untuk mewujudkan cita-cita membaca dan menulis untuk keluarga sehat, menuju Indonesia Emas.

"Mari kita kembali ke dalam keluarga dan generasi emas jangan memberi stereotipe untuk GenZi. Mari kita bangun mereka dengan kepercayaan diri, taruh mimpi dalam mereka, supaya cita-cita generasi emas Presiden Jokowi dapat tercapai," ucapnya.

Baca juga: Perpusnas minta perpusda gali inovasi menarik minat baca
Baca juga: Perpusnas salurkan buku untuk 10 ribu perpustakaan dan TBM

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2024