Jakarta (ANTARA) - Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi Hilmar Farid mengatakan diplomasi budaya, kuliner, hingga pariwisata dalam film menjadi hal yang penting untuk mengangkat eksistensi dari budaya yang lebih tinggi lagi.

“Kita menyadari bahwa dalam diplomasi budaya produk seperti film, makanan, tidak bisa berdiri sendiri. Jadi, justru ketika sekarang ini kita melakukan berbagai projek dan berjalan, mulai bisa dilihat sambungannya satu sama lain. Misalnya, usahanya tadi untuk membangkitkan pangan lokal kalau hanya diserahkan ke UMKM (usaha mikro, kecil dan menengah) dan tidak ada bantuan untuk promosinya, susah jalannya,” kata Hilmar di Jakarta, Kamis.

Untuk mewujudkan diplomasi budaya, kuliner dan pariwisata melalui film, Hilmar menilai perlu kolaborasi lintas sektor guna mendukung dan memperkuat narasi yang diangkat dalam film-film lokal, khususnya yang memperkenalkan budaya asli Indonesia.

Baca juga: Pengamat: Pemerataan bioskop dorong kemajuan industri film nasional

Salah satu yang dilakukan pemerintah adalah melalui kolaborasi dengan Ruang Basbeth Bercerita untuk mensosialisasikan gerakan kedaulatan pagan, terutama di kalangan generasi muda melalui "Mustika Rasa Kini".

Terdapat sembilan agenda utama dalam program yang akan digerakkan untuk mensosialisasikan resep makanan Indonesia melalui seminar, lokakarya, aktivasi acara dan sosialisasi, serta duta program. Selanjutnya, terdapat juga situs web dan aplikasi, konten (video, audio, hingga podcast), serial dokumenter, film cerita, serta rilis buku "Mustika Rasa" yang sudah direvisi.

Oleh karena itu, dalam merayakan peringatan Hari Film Nasional yang akan jatuh pada tanggal 30 Maret mendatang, Hilmar percaya bahwa projek-projek yang sedang berjalan memiliki potensi besar dalam memberikan kontribusi yang signifikan atas popularitas serta pemahaman soal budaya, kuliner, dan pariwisata di tanah air.

“Diharapkan bahwa projek-projek film yang sedang berjalan akan memberikan kontribusi yang signifikan dalam dinamika pergerakan yang terjadi, serta mencerahkan pemahaman akan pentingnya menjaga dan memajukan kekayaan lokal kita,” kata Hilmar.

Hilmar berharap bahwa peringatan Hari Film Nasional tidak hanya menjadi momentum untuk mengapresiasi karya-karya film, tetapi juga untuk mencerahkan pemahaman akan pentingnya menjaga dan memajukan kekayaan lokal asal Indonesia.

Baca juga: Film nasional berpotensi berkembang di era layanan streaming

Baca juga: Kemendikbud berkolaborasi wujudkan kedaulatan pangan lewat MRK

Baca juga: Ismail Basbeth dan cita-cita garap film budaya indonesia

Pewarta: Putri Hanifa
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2024