PBB (ANTARA) - Investigasi terkait tudingan Israel yang menyebut bahwa 12 staf Badan Bantuan dan Pekerjaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA) terlibat dalam serangan 7 Oktober 2023 di Israel terus berlanjut.

Investigasi tersebut terus berlanjut meskipun tim penyelidik belum mengunjungi Israel, ujar seorang juru bicara PBB pada Kamis (29/2).

Sekjen PBB Antonio Guterres pada Rabu (28/2) menerima kabar terbaru dari Kantor Pelayanan Pengawasan Internal (Office for Internal Oversight Services/OIOS) mengenai pekerjaan mereka terkait investigasi itu, tutur Stephane Dujarric, juru bicara Guterres.

OIOS mulai bekerja pada 29 Januari, hari ketika sang sekjen menugaskan mereka untuk melakukan penyelidikan itu. Proses investigasi masih berlangsung, ujar Dujarric.

Staf OIOS berencana segera mengunjungi Israel untuk memperoleh informasi dari otoritas Israel yang mungkin relevan dengan investigasi tersebut, imbuhnya.

Sejauh ini, tim penyelidik OIOS telah mengkaji informasi awal yang diterima UNRWA dari otoritas Israel. Mereka berkomunikasi dengan sejumlah negara anggota lainnya untuk memperoleh informasi apa pun yang relevan dengan investigasi tersebut.

Tim penyelidik OIOS juga telah mengunjungi kantor pusat UNRWA di Amman, Yordania, untuk mendapatkan dan mengkaji informasi yang dimiliki UNRWA yang relevan dengan investigasi itu, lanjut Dujarric.

Tim penyelidik terus mencari dan memperkuat informasi tambahan serta membandingkan informasi yang diperoleh dengan bahan-bahan milik otoritas Israel, yang diperkirakan akan segera diterima OIOS, urai Dujarric.

Saat ditanya mengapa Israel terkesan lamban dalam memberikan bukti, Dujarric menuturkan bahwa dirinya tidak ingin mengatakan apa pun yang akan membahayakan investigasi PBB tersebut.

"Para kolega kami di OIOS tidak akan berpangku tangan. Mereka telah bekerja secara aktif baik di kawasan tersebut maupun di sini (New York). Mereka telah berkomunikasi sejak awal dengan otoritas Israel," kata Dujarric.

Sejauh ini, kerja sama negara-negara anggota PBB dengan penyelidikan OIOS cukup memadai, ujarnya menambahkan.
 

Pewarta: Xinhua
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2024