Banda Aceh, (ANTARA News) - Dua ekor harimau Sumatra liar yang telah "membantai" sejumlah ternak peliharaan masyarakat di wilayah Desa Blang Ralee dan Menasah Daya, Kecamatan Simpang Keuramat, Kabupaten Aceh Utara ditemukan tewas. Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), Andi Basrul, mengaku telah mendengar informasi adanya dua harimau Sumatra penganggu ternak rakyat tewas dibantai masyarakat di Aceh Utara. Satwa liar dilindungi itu tewas diduga akibat terkena jerat yang dibuat masyarakat setempat untuk mencegah hama babi, namun secara tidak sengaja terjerat harimau yang kebetulan melewati jalur jelajah hama babi. "Jadi, kedua harimau Sumatera yang tewas itu bukan sengaja dibantai masyarakat, tetapi diduga akibat terkena jeratan tali yang dipasang untuk perangkap babi," katanya. Menurut Andi, secara umum masyarakat di seluruh Aceh sudah tahu, melukai atau membunuh satwa liar dilindungi secara sengaja dapat diancam hukum sepuluh tahun kurungan penjara atau denda maksimal Rp100 juta. Ancaman hukuman dan denda bagi para pelaku pembunuhan atau secara sengaja melukai satwa liar dilindungi itu tertuang dalam Undang-Undang No.5 tahun 1990 tentang lingkungan hidup dan ekosistemnya yang dirusak manusia. Informasi lain yang diterima dari Aceh Utara menyebutkan, meskipun kedua harimau sumatra liar itu sudah tewas, namun masyarakat petani di wilayah Desa Blang Ralee dan Menasah Dayah masih sering diganggu satwa liar dilindungi itu. Masyarakat mengeluh karena setelah kedua harimau liar itu tewas, ternyata masih sering dipergoki harimau lainnya yang turun dekat permukiman penduduk serta mengganggu ternak peliharaan rakyat disekitar kawasan hutan desa mereka. Bukti masih adanya harimau lain terlihat dari bekas baru tapak kakinya yang membentuk ditanah becek masih sering ditemukan di sekitar dekat kandang ternak peliharaan rakyat, sehingga mereka masih dihantau kekhawatiran. Kasus gangguan satwa liar harimau di wilayah itu sudah disampaikan kepada aparat keamanan setempat, namun sampai saat ini belum ada upaya penanggulangan dari aparat pemerintah daerah di Aceh Utara.(*)

Copyright © ANTARA 2006