Pekanbaru (ANTARA) - Provinsi Riau memiliki potensi sumber daya alam berlimpah, di antaranya sumber daya kelautan dan perikanan. Provinsi berjuluk Bumi Lancang Kuning ini memiliki banyak pulau dan  berdekatan dengan  Selat Malaka.

Guna memaksimalkan potensi perikanannya dalam mendukung perputaran ekonomi dan kesejahteraan masyarakatnya,  pemerintah daerah setempat bersama sejumlah pihak melakukan penguatan usaha para nelayan,  di antaranya  melalui pembangunan keramba jaring apung.

Keramba jaring apung adalah salah satu wadah budi daya perairan yang cukup ideal yang ditempatkan di badan air dalam, seperti waduk, rawa, danau dan laut.

Penguatan usaha dengan pembangunan keramba jaring itu di antaranya dilakukan oleh PT Pertamina Gas (Pertagas).  Sebagai salah satu afiliasi subholding Pertamina, badan usaha ini pada Senin (4/3/ 2024), meresmikan satu unit rumah dan empat unit keramba jaring apung ikan air tawar ukuran 4 x 8 meter itu di tepian Sungai Tapung Desa Kotagaro Kabupaten Kampar, Provinsi Riau.

Pada keramba apung yang pembangunannya didanai  dari  program corporate responsibilty (CSR)   PT Pertagas melalui unit usaha Operation Rokan Area (ORA) tersebut juga ditebar sebanyak 250 bibit ikan air tawar.   Keberadaan rumah keramba apung itu sangat bermanfaat untuk Kelompok Nelayan Lubuk Patin yang beranggotakan 20 orang.

Pertagas ORA merupakan unit operasi di Provinsi Riau yang mengelola pipa transmisi dengan penyaluran minyak mentah sekitar 160.000 Barrel of Oil Per Day atau barel minyak per hari. Dalam menjalankan operasinya, wilayah kerja Pertagas ORA bersentuhan langsung dengan masyarakat di lima kabupaten, termasuk Kabupaten Kampar dan  lainnya.

"Semoga rumah dan keramba jaring apung dari CSR Pertagas ini dapat membantu kelompok nelayan Lubuk Patin dalam aktivitas sehari-hari dan meningkatkan tangkapan ikan," kata Pjs GM Operation West Region (OWR), Agus Mukorobin.   

Pertagas berkomitmen menjalankan bisnis yang mengedepankan lingkungan, sosial dan pemerintahan (Environmental, Social, Governance/ESG). Perusahaan dapat tumbuh bersama masyarakat melalui berkolaborasi dengan pihak terkait.

Kepala Perwakilan Lembaga Amil Zakat Nasional (Laznas) Inisiatif Zakat Indonesia (IZI) Riau, Iqbal Farizi, mengapresiasi Pertagas ORA yang telah bekerja sama dan bermitra dengan IZI, utamanya dalam pembangunan keramba apung untuk para nelayan.  

Aktivitas nelayan akan menggeliat jika nelayan melakukan proses budi daya dengan baik, mulai dari tahap persiapan budi daya, tersedianya sarana dan prasarana pendukung, pemilihan bibit ikan  hingga pengelolaan pascapanen.  Jika tahapan dilakukan dengan baik dan benar, maka akan nelayan diharapkan akan mendapatkan keuntungan yang maksimal.

Potensi perikanan Riau

Besarnya potensi perikanan di Riau menjadi salah satu sumber ketahanan pangan di sektor kelautan dan perikanan daerah ini. Komoditas tersebut berkontribusi besar dalam menggerakkan ekonomi lokal sehingga dapat sebagai pusat pertumbuhan ekonomi baru dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Berdasarkan data,  Provinsi Riau memiliki lima kawasan daratan dan tujuh kawasan pesisir dengan luas wilayah 87.023,66 kilometer persegi. Dari potensi itu, pada sektor kelautan dan perikanan, pemanfaatan perikanan budi daya air tawar dengan potensi 74.686,76 hektare dengan pemanfaatan sebesar 1.409,24 hektare atau 1,89 persen.

Potensi budi daya air payau mencapai 35.219,57 hektare yang yang sudah dimanfaatkan seluas 870,34 hektare atau 2,47 persen. Budi daya air laut dengan potensi 169.030,68 hektare dan pemanfaatan 125,94 hektare atau 0,074 persen.

Dari data tersebut tergambar bahwa peluang usaha di bidang budi daya perikanan di daerah ini masih sangat besar. 

Seperti di Kabupaten Kampar potensi perikanan ari tawar mencapai 6.521,30 hektare akan tetapi yang baru mencapai 340,20 hektare. Selain itu, daerah dengan potensi air tawar yang terlihat besar namun pemanfaatannya masih rendah yakni di Kabupaten Pelalawan. Potensi air tawar 25.768,45 hektare, tapi pemanfaatannya baru 49,96 hektare.

Begitu pula  potensi perikanan air tawar di Kabupaten Kuantan Singingi yang mencapai 24.857,95 hektare, sedangkan pemanfaatan baru 335,35 hektare, dan potensi air tawar Kabupaten Rokan Hulu 8.704,08 hektare dengan pemanfaatan baru 347,90 hektare.

Sementara itu, jumlah pembudi daya perikanan sebanyak 39.886 orang yang sebaran terbanyak antara lain di Kabupaten Rokan Hilir 9.272 orang, Kabupaten Kampar 9.844 orang, Kabupaten Pelalawan 4.014 orang dan Kabupaten Rokan Hulu 4.358 orang.

Rasio produksi dibandingkan dengan konsumsi ikan terhadap hasil produksi perikanan budi daya air tawar berdasarkan data tahun 2022 dengan total produksi se-Provinsi Riau mencapai 112.487,18 ton dengan tingkat konsumsi 307.311,31 ton, dengan rasio sebesar 37 persen.

Membangun perikanan budi daya sebagai andalan dan salah satu penggerak perekonomian di Provinsi Riau memang bukan tanpa ada tantangan. Di antara tantangan itu adalah harga pakan yang terus meningkat membuat biaya produksi membengkak. Sekitar 70-80 persen dari biaya produksi untuk pembelian pakan.

Tingginya harga pakan dinilai tidak sebanding dengan harga jual ikan. Selain itu, sebagian besar usaha budi daya masih dikerjakan secara tradisional, akibatnya produktivitas, efisiensi, daya saing dan keberhasilan relatif rendah.

Kendati demikian, menurut Kepala Dinas Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Riau, Yurnalis, ada budi daya perikanan pesisir dan laut yang kini sudah dikembangkan secara intensif maupun tradisional, yakni budi daya kakap, bandeng, kerang darah, maupun kepiting. 

Selain terus melakukan upaya pengembangan, guna mengoptimalkan budi daya perikanannya, Provinsi Riau juga terus mengidentifikasi permasalahan yang ada.  Harapannya, potensi perikanan yang begitu besar, dapat dimanfaatkan secara maksimal demi kesejahteraan masyarakat.
 

Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2024