Sydney (ANTARA) - Australia dan Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) menyerukan negara-negara untuk "menghindari tindakan sepihak apa pun" yang dapat membahayakan perdamaian dan stabilitas di Laut China Selatan pada akhir KTT ASEAN-Australia, Rabu (6/3).

Negara-negara anggota ASEAN mengambil bagian dalam pembicaraan khusus di Melbourne dalam rangka 50 tahun hubungan ASEAN-Australia.

Dalam deklarasi bersama yang dikeluarkan pada akhir KTT tersebut, para pemimpin juga menekankan perlunya untuk "menghindari tindakan yang dapat meningkatkan risiko kecelakaan, kesalahpahaman, dan salah perhitungan."

Deklarasi tersebut muncul sehari setelah bentrokan terakhir antara kapal China dan Filipina di perairan yang disengketakan.

Dua kapal Penjaga Pantai China menembakkan meriam air ke sebuah kapal yang disewa Angkatan Laut Filipina hingga merusaknya dan menyebabkan empat personel di dalamnya mengalami luka ringan, menurut otoritas Filipina.

Satu dari dua kapal penjaga pantai China juga bertabrakan dengan kapal Penjaga Pantai Filipina, menurut otoritas pada Selasa (5/3).

Menanggapi deklarasi tersebut, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning mengatakan di Beijing bahwa China akan "terus menangani perbedaan dengan pihak-pihak terkait melalui dialog dan konsultasi" dan bekerja sama dengan negara-negara ASEAN untuk bersama-sama menjaga perdamaian dan stabilitas di Laut China Selatan.

Sengketa di wilayah perairan itu tidak hanya melibatkan China dan Filipina, tetapi juga melibatkan Brunei, Malaysia, Vietnam dan Taiwan.

Baca juga: Beijing tanggapi kekhawatiran ASEAN-Australia soal Laut China Selatan

Perdana Menteri Australia Anthony Albanese berbicara kepada media di Melbourne setelah KTT dan menyatakan keprihatinan Canberra atas "perilaku tidak aman dan mengganggu stabilitas," dan menyebut tindakan kapal China tersebut sebagai "berbahaya."

Dia menambahkan bahwa tindakan tersebut berisiko "salah perhitungan, yang kemudian dapat menyebabkan eskalasi."

Namun terdapat perbedaan pendapat di antara negara anggota ASEAN mengenai perilaku agresif China dan meningkatnya kehadiran China di kawasan yang lebih luas, mengingat kuatnya pengaruh ekonomi Beijing di sana.

Pada konferensi pers dengan Albanese, Senin (4/3), Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim mengatakan bahwa "jika negara lain memiliki masalah dengan China, mereka tidak boleh memaksakan pandangannya pada kami". Anwar mengacu pada klaim bahwa ada masalah terkait "fobia China" di Barat.

Australia telah lama menjalin hubungan dengan ASEAN, yang negara anggotanya secara kolektif merupakan mitra dagang dua arah terbesar kedua bagi Canberra.

ASEAN terdiri dari Brunei, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam.

Myanmar, yang berada di bawah kekuasaan militer sejak kudeta pada Februari 2021, tidak menghadiri pertemuan utama KTT ASEAN-Australia tersebut.

Timor Leste bergabung sebagai negara pengamat dalam KTT itu yang fokus membahas tentang perdagangan, energi bersih dan keamanan maritim.

Dalam KTT tersebut, Australia mengumumkan investasi sebesar 64 juta dolar Australia (sekitar Rp658 miliar) dalam memperluas kerja sama maritimnya dengan negara-negara ASEAN.

Australia juga berkomitmen dana senilai 2 miliar dolar Australia (sekitar Rp20,5 triliun) untuk mempromosikan proyek-proyek regional di berbagai bidang, seperti infrastruktur dan transisi energi ramah lingkungan.

Sumber: Kyodo-OANA

Baca juga: Australia tegaskan kemitraan dengan ASEAN untuk masa depan

Baca juga: Australia luncurkan tim investasi dukung perkembangan bisnis di ASEAN

Penerjemah: Cindy Frishanti Octavia
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Copyright © ANTARA 2024