Wellington (ANTARA) - Pariwisata internasional Selandia Baru terus mengalami rebound dan berangsur kembali ke level prapandemi, demikian disampaikan Menteri Pariwisata dan Perhotelan Selandia Baru Matt Doocey pada Rabu (6/3).

Hasil dari Survei Wisatawan Mancanegara (Wisman) yang diterbitkan pada Selasa (5/3) menunjukkan untuk tahun yang berakhir pada Desember 2023, wisman menghabiskan dana sebesar 9,9 miliar dolar Selandia Baru (1 dolar Selandia Baru = Rp9.581) di Selandia Baru, yang mengindikasikan industri pariwisata terus pulih, ungkap Doocey.

Hal ini menempatkan pariwisata internasional sebagai penghasil ekspor terbesar kedua bagi Selandia Baru setelah susu bubuk, mentega, dan keju.

"Meski perekonomian menghadapi berbagai tantangan yang signifikan, pariwisata akan memainkan peran penting dalam pemulihan kita," ujarnya.

Dia juga menambahkan bahwa pariwisata internasional yang mencatatkan rebound menjadi kabar fantastis bagi masyarakat dan bisnis yang mendapat manfaat langsung dari pengeluaran wisatawan.
 
   Foto yang diabadikan pada 30 September 2023 ini memperlihatkan destinasi wisata Danau Wakatipu di Queenstown, Selandia Baru. (Xinhua/Guo Lei)

Tahun yang berakhir pada Desember 2023 juga mencatatkan 2,96 juta kunjungan wisman, sekitar 76 persen dari level prapandemi pada 2019.

Sementara itu, pengeluaran wisatawan bertahan di angka 71 persen dari level prapandemi, setelah disesuaikan dengan inflasi.

Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk tingginya jumlah wisatawan yang menginap bersama teman dan keluarga, serta besarnya jumlah wisatawan Australia, yang cenderung mengeluarkan uang lebih sedikit, menurut Kementerian Bisnis, Inovasi, dan Ketenagakerjaan Selandia Baru yang melakukan survei tersebut.

Pada 2023, wisatawan Jerman paling banyak menghabiskan uangnya selama mereka menetap di Selandia Baru, imbuh Doocey.
 

Pewarta: Xinhua
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2024