Namun, hingga saat ini pengembangan tanaman jarak pagar masih belum signifikan, bahkan cenderung tidak diutamakan, terutama terkait pemanfaatan untuk sumber energi.
Malang (ANTARA) - Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mengukuhkan Prof Dr Maftuchah sebagai guru besar bidang Ilmu Agroteknologi dengan status anumerta, karena yang bersangkutan wafat menjelang pengukuhannya.

Suami almarhumah Prof Maftuchah, Prof Dr Aris Winaya, yang dikukuhkan bersamaan dengan almarhumah di Gedung Kuliah Bersama (GKB) IV UMM di Malang, Sabtu, mengemukakan bahwa persiapan pengukuhan sudah matang, tinggal menunggu hari H, namun Allah berkehendak lain.

"Semua kami siapkan bersama, kami diskusikan bersama dan tinggal menunggu hari H, namun komplikasi penyakitnya dan Allah berkehendak lain. Semoga almarhumah menempati taman surga  Allah," kata Prof Aris usai pengukuhan.

Almarhumah Prof Maftuchah sudah menyiapkan segalanya, termasuk pidato pengukuhannya yang dihadirkan menggunakan teknologi artificial intelligence (AI) persis dengan suara dan wajah almarhumah.

Baca juga: PP Muhammadiyah: Ramadhan momen berkontribusi tuntaskan masalah sosial

Baca juga: Profesor UMM: Indonesia harus miliki strategi merawat anak ruminansia


Sementara dalam sesi foto dan ucapan selamat, Prof Maftuchah diwakili oleh putra semata wayangnya yang membawa foto almarhumah berdampingan dengan suami yang juga dikukuhkan sebagai guru besar bidang Ilmu Peternakan UMM.

Dalam pengukuhan yang masih diselimuti duka tersebut, Prof Aris dalam pidato pengukuhannya menyoroti aplikasi teknologi DNA dalam penguatan strategi konservasi sumber daya genetik ternak di Indonesia.

Menurut dia, beberapa negara yang telah berkomitmen untuk mempertahankan potensi genetik ternak lokal akan terus mengamati tren perkembangan bidang peternakan. Sementara teknik genetika molekuler diperkirakan memiliki dampak yang cukup besar di masa depan.

"Misalnya tes berbasis DNA untuk gen yang mempengaruhi sifat kualitatif yang sulit diukur saat ini, seperti kualitas daging atau ketahanan terhadap penyakit," ujarnya.

Hal ini, katanya, akan membuka jalan menuju kemajuan dalam evolusi biologi, pemuliaan hewan dan hewan model untuk penyakit manusia. "Misalnya saja, seleksi genomik yang seharusnya bisa meningkatkan dua kali lipat keuntungan genetik dalam industri susu," ujarnya.

Sementara itu, Prof Mastuchah yang menyampaikan orasi ilmiah dengan teknologi AI itu membahas pengembangan teknologi budi daya tanaman jarak pagar (jatropha curcas linn) untuk mendukung ketersediaan sumber bahan bakar biodiesel.

Tanaman jarak pagar memiliki sejarah panjang, terutama pemanfaatan sebagai bahan bakar nabati. Saat penjajahan Jepang, biji dari buah tanaman jarak ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan bakar penerangan maupun minyak bakar.

“Namun, hingga saat ini pengembangan tanaman jarak pagar masih belum signifikan, bahkan cenderung tidak diutamakan, terutama terkait pemanfaatan untuk sumber energi,” ucapnya.

Menurutnya, penanaman tanaman jarak pagar perlu diupayakan pada daerah-daerah marginal. Jika ditanam pada lahan produktif, akan berkompetisi dengan tanaman pangan, sehingga nilai ekonomisnya menjadi rendah dan petani tidak tertarik untuk budi daya tanaman jarak pagar.

Edukasi tentang pemanfaatan biji buah jarak untuk bahan bakar nabati juga harus tetap dilakukan, diikuti dengan pengembangan teknologinya, terutama dalam penggunaannya sebagai biofuel.

Selain Prof Dr Maftuchah, pada hari yang sama, UMM juga kehilangan salah satu guru besarnya, yakni Prof Dr Ainur Rofieq, M.Kes, karena sakit.*

Baca juga: UMM hibahkan Ponpes Internasional Abdul Malik Fadjar ke PWM Jatim

Baca juga: Mahasiswa UMM ciptakan alat deteksi kebakaran hutan

Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2024