Beijing (ANTARA) - Tiga orang pengusaha asal Indonesia mendirikan pusat kuliner dan budaya Tanah Air bernama Warisan Roemah Indonesia (WRI) di Beijing demi memperkanalkan wajah Indonesia kepada masyarakat di China.

"Ini sebenarnya mimpi saya juga sejak datang ke Beijing sekitar 6 tahun lalu. Kita sudah punya (rumah budaya sejenis) di Guangzhou, sudah punya di Shanghai dan sekarang di ibu kota China kita punya Warisan Roemah Indonesia," kata Duta Besar Indonesia untuk Tiongkok dan Mongolia Djauhari Oratmangun saat pembukaan WRI di Beijing, Sabtu.

Selain Dubes Djauhari, hadir dalam pembukaan WRI, Konsul Jenderal Republik Indonesia di Shanghai Berlianto Situngkir, Konsul Jenderal Republik Indonesia di Guangzhou Ben Perkasa Drajat, diplomat di KBRI Beijing, para atase, pengusaha, WNI maupun masyarakat umum di Beijing.

"Saya masih ingat saat Mbak Vini, Mas Wili dan Mas Gandhi di pojok di Wisma Indonesia mulai membahas mengenai ide pendirian WRI, mungkin masih pandemi, jadi pandemi COVID-19 juga menciptakan kreativitas dan akhirnya bisa terwujud pada hari ini," tambah Dubes Djauhari.

Tiga pendiri WRI adalah Vini Dharmawan, Gandhi Priambodo dan William Yosanto adalah pengusaha yang sudah berada di Beijing selama belasan tahun.

"Sebenarnya kita mau buka tahun lalu, tapi kita diskusi harus dibuka pada tahun naga karena tahun naga akan membawa rezeki buat kita semua dan tentunya juga buat Warisan Roemah Indonesia," ungkap Dubes Djauhari yang disambut oleh tepuk tangan hadirin.

Sebagai salah satu pendiri WRI, Vini Dharmawan mengatakan tempat itu menampilkan sejumlah warisan budaya tak benda Indonesia yang diakui oleh Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB atau UNESCO yaitu batik, kain songket, angklung, gamelan hingga wayang.
Salah satu pendiri Warisan Roemah Indonesia (WRI) William Yosanto, Duta Besar RI untuk Tiongkok dan Mongolia Djauhari Oratmangun, Ibu Wiwiek Oratmangun, pendiri WRI Vini Dharmawan dan Gandhi Priambodo (dari kiri ke kanan) berpose saat pembukaan WRI di Beijing, China pada Sabtu (9/3/2024). (ANTARA/Desca Lidya Natalia)

"WRI punya misi untuk memperkenalkan budaya Indonesia termasuk kuliner, seni, pariwisata, kesempatan investasi, perdagangan termasuk lokasi untuk melaksanakan pelatihan dan aktivitas sosial," kata Vini.

"Benar-benar kami ingin merealisasikan impian membangun tempat yang bisa memperkenalkan budaya Indonesia mulai kuliner, seni, pariwisata yang belum pernah diperkenalkan secara komprehensif, misalnya batik sebagai warisan budaya turun-temurun dan melibatkan perajin yang tidak dikenal orang tapi sebenarnya berkontribusi untuk mewariskan batik dari genarasi ke generasi," ungkap Vini.

Lantai satu di bangunan dua lantai itu difungsikan sebagai etalase kerajinan asal Indonesia seperti beragam produk jadi batik, wayang, angklung hingga kerajinan tangan yang berasal dari UMKM binaan Bank Indonesia. Masih di lantai tersebut ada juga dapur yang menyediakan makanan khas Indonesia dan kopi juga asal Indonesia.

"Barang-barang di sini semua berkualitas dan dapat juga dibeli secara daring sedangkan menu utama ada rendang, soto, gado-gado, kudapan seperti batagor maupun kue-kue tradisional. Ada juga kopi, teh asal Indonesia. Kami tidak menjual barang dari luar Indonesia," tambah Vini.

Sedangkan di lantai dua dapat berfungsi sebagai tempat makan maupun lokasi pelatihan atau pertemuan.

"Kami juga memperkenalkan lokasi-lokasi pariwisata Indonesia karena perkenalan budaya itu harus komprehensif mulai makanan, pakaian, gaya hidup, musik juga salah satu perkenalan budaya yang 'borderless'," ungkap Vini.
Pengunjung di pembukaan Warisan Roemah Indonesia (WRI) di Beijing, China pada Sabtu (9/3/2024). (ANTARA/Desca Lidya Natalia)


Vini menyebut barang-barang yang dijual di WRI semua didatangkan langsung dari Indonesia dan punya kriteria tertentu.

"Kriterianya adalah harus melibatkan pengrajin termasuk UMKM dan mereka yang akan kita dorong karena mereka tidak bisa 'go international' kalau kita tidak bantu mereka. Kalau untuk makanan, kokinya didatangkan dari Indonesia karena kami ingin memperkenalkan makan otentik Indonesia," tambah Vini.

Meski belum mau menyampaikan harga makanan yang disediakan di WRI, Vini optimis tempat tersebut akan membantu pengenalan Indonesia kepada masyarakat China, khususnya Beijing.

"Yang kami jual budaya, ada sebagian yang tidak bisa dinilai dari angka dolar atau rupiah, yang dijual 'value-nya' tapi lokasi ini kami desain agar dapat mengombinasikan berbagai kegiatan jadi yang datang ke sini dapat merasakan seperti mereka datang ke Indonesia," jelas Vini.

Dalam pembukaan acara, penari sekaligus dosen Central of Conservatory of Music (CCOM) Beijing, Titik menari dengan iringan alunan gamelan dari suaminya, pengajar Seni Gamelan pada CCOM Beijing, Risnandar. Tarian yang mereka bawakan adalah Syukur Asih asal Jawa Tengah yang menunjukkan jiwa relijius sekaligus keramahan Indonesia.

Setelah acara pembukaan, hadirin yang datang disuguhi makan malam berupa rendang, urap, ayam bakar, sop daging, soto ayam, kerupuk, berbagai jenis sambal hingga kue-kue tradisional Indonesia.

Warisan Roemah Indonesia berada di D7-3 Shouchuang Langyuan Station No 53, distrik Chaooyang, Beijing.

Baca juga: KBRI Beijing promosikan portal Peduli WNI sebagai sarana lapor diri
Baca juga: Dubes Djauhari: Indonesia semakin didengar, bukan hanya penonton
Baca juga: KBRI Beijing lanjutkan diplomasi ekonomi khususnya bidang pariwisata

 

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Azis Kurmala
Copyright © ANTARA 2024