Cuaca ekstrem dan banjir ini, di akhir tahun lalu dan awal tahun ini menimpa beberapa daerah
Jakarta (ANTARA) - Satuan Kerja Khusus Pelaksana kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengungkapkan bahwa kondisi cuaca ekstrem hingga adanya tumpang tindih lahan dengan kawasan hutan konservasi menjadi kendala operasional hulu migas dalam mencapai target 2023.

“Cuaca ekstrem dan banjir ini, di akhir tahun lalu dan awal tahun ini menimpa beberapa daerah,” ujar Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto dalam Rapat Dengar Pendapat Komisi VII DPR RI di Jakarta, Rabu.

Dwi menjelaskan bahwa kondisi cuaca yang ekstrem mengakibatkan lokasi-lokasi pengeboran, sumur dan fasilitas produksi di Sumatera bagian Utara yang meliputi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau dan Kepulauan Riau terdampak banjir.

Banjir tersebut mengakibatkan terhambatnya mobilisasi rig atau alat pengeboran ke lokasi sehingga mengganggu aktivitas produksi.

Dwi memaparkan sejumlah kendala lainnya, seperti "safety stand down" yang terjadi di seluruh wilayah Pertamina selama empat bulan yang mengakibatkan berkurangnya produksi sekitar 3.000 barrel oil per day (BOPD), pengeboran yang tidak mencapai target yang juga mengurangi jumlah produksi sekitar 4.700 BOPD, serta permasalahan mengenai ketersediaan rig.

Baca juga: SKK Migas dan KKKS bantu pemasangan listrik di Kepulauan Anambas Kepri

Baca juga: PEP Zona 7 membidik produksi minyak capai 12.603 BOPD pada 2024


“Ini (kendala ketersediaan rig) sempat terjadi, sehingga pelan-pelan kami coba mengundang potensi rig dari luar negeri untuk bisa dipakai di Indonesia (untuk) sementara, sampai ada produksi dalam negeri yang bisa menggantikan,” kata Dwi.

Lebih lanjut terkait kendala tumpang tindih lahan dengan kawasan hutan konservasi, Dwi menilai bahwa diperlukan kebijakan khusus dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan agar kegiatan hulu migas dapat dilakukan di kawasan hutan konservasi.

Sebelumnya, SKK Migas menyebut realisasi lifting minyak di tahun 2023 sebesar 605.500 barel minyak per hari (BOPD). Capaian tersebut di bawah target lifting minyak pada 2023 sesuai ditetapkan APBN 2023, yakni sebesar 660.000 BOPD, dan di bawah target work program and budget (WP&B) yang ditetapkan, yakni sebesar 621.000 BOPD.

Baca juga: Serikat pekerja apresiasi dukungan SKK Migas untuk program Jabung 2024

Baca juga: SKK Migas pastikan terlibat langsung kembangkan LNG abadi Blok Masela

Pewarta: Putu Indah Savitri
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2024