Hefei (ANTARA) - Di studio foto berlantai lima milik mereka, Shen Xiaolei dan istrinya memulai hari mereka pagi-pagi sekali dengan mengeset kamera dan menyiapkan properti foto untuk menyambut klien.

Pasangan ini sempat bekerja di kota-kota pesisir sebelum kembali ke kampung halaman mereka di pedesaan yang terletak di wilayah Yingshang di Kota Fuyang, Provinsi Anhui, China timur, pada 2015. Pada tahun yang sama, mereka membuka studio foto pertama mereka.

"Meningkatnya permintaan untuk layanan fotografi dan prospek pasar yang menjanjikan di wilayah ini membuat kami memilih untuk pulang dan mengelola studio foto," kata Shen, seraya menyebut bahwa pasar konsumen pedesaan sedang berkembang.

Dipengaruhi oleh media sosial, menurut dia, banyak konsumen dari daerah pedesaan ingin memiliki foto yang dipersonalisasi dan modis.

Sekitar tiga tahun kemudian, mereka membuka studio lain yang memiliki lima lantai di wilayah yang kini menjadi incaran para pengunjung itu dengan rata-rata omzet bulanan melampaui 180.000 yuan.

"Dahulu saya mendapat penghasilan maksimal 8.000 yuan sebulan saat bekerja di kota-kota pesisir, namun kini penghasilan bulanan saya 10 kali lebih tinggi," kata Shen.

Fuyang, yang dulunya merupakan kampung halaman bagi lebih dari 2,6 juta pekerja migran, kini telah menyaksikan 63.500 migran kembali ke wilayahnya untuk menjalankan bisnis seperti Shen dan istrinya sejak 2008. Hal ini dipicu oleh peningkatan kualitas lingkungan bisnis dan peluang kerja di kota tersebut.

Fuyang tidak sendirian. Data menunjukkan bahwa populasi di Anhui mencatat arus masuk bersih selama empat tahun berturut-turut sejak 2020, dengan total arus masuk bersih sebesar 266.000 orang pada 2022 dan 2023.

Dengan meningkatnya jumlah migran yang kembali ke daerah asal mereka, lembaga-lembaga penyelenggara pelatihan kewirausahaan di daerah pedesaan pun mengalami kemajuan pesat.

Di sebuah perusahaan media di Fuyang, ribuan mantan pekerja migran mengikuti pelatihan keterampilan fotografi dan media baru setiap tahunnya.

"Jumlah mantan pekerja migran yang menjadi peserta pelatihan di perusahaan kami terus meroket selama beberapa tahun terakhir, dan banyak di antara mereka berencana untuk menjalankan studio foto waralaba dari perusahaan kami," ujar Yan Hongyu, pendiri perusahaan tersebut.

Menurut Yan, perusahaannya saat ini memiliki hampir 400 studio foto waralaba di daerah pedesaan di Anhui, dan sekitar separuh dari studio-studio tersebut dikelola oleh mantan pekerja migran.

Dengan kembalinya para migran muda dan terpelajar ke Fuyang, Yan menambahkan, kota itu menjadi lebih menarik bagi mereka untuk memulai bisnis.
 
Seorang pekerja mengemas telur untuk dikirim di perusahaan Yang Guangshuo di Kota Fuyang, Provinsi Anhui, China, pada 20 Februari 2024. (Xinhua/Zhao Jinzheng)   

Yang Guangshuo (37) adalah salah satu yang merasakan manfaatnya. Pada 2011, dia berhenti dari pekerjaannya di sebuah perusahaan gim di pusat finansial timur Shanghai dan kembali ke Fuyang.

Yang mengatakan kepada Xinhua bahwa pemerintah setempat membantunya menurunkan sewa tanah untuk menjalankan sebuah perusahaan yang mengkhususkan diri di bidang penjualan produk pertanian, termasuk telur, pada 2014.

Berdasarkan pengalaman yang diperolehnya dari Shanghai, Yang memanfaatkan platform internet untuk memperluas jalur penjualan produk yang tersedia. Hingga akhir 2023, pendapatan penjualan tahunan perusahaan Yang mencapai 170 juta yuan, menyediakan sekitar 400 lapangan kerja bagi masyarakat setempat.

"Kekuatan sumber daya manusia Fuyang yang semakin meningkat membantu mempercepat pembangunan ekonomi dan memberikan lebih banyak peluang bagi kota ini," imbuh Hu Yan, wakil dekan Institut Pembangunan Inovatif Universitas Anhui.
 

Pewarta: Xinhua
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2024