itu membantu kita untuk bertukar pikiran
Jakarta (ANTARA) - Psikolog klinis dari RS Pluit Nirmala Ika, M.Psi menyarankan siapa pun setidaknya mempunyai satu sosok tepercaya untuk bisa diajak berbicara kala ada masalah dan bertukar pikiran.

"Keberadaan orang itu membantu kita untuk bertukar pikiran. Tak usah banyak, bahkan kalau punya satu, juga tak apa," katanya yang pernah menempuh pendidikan di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia itu saat dihubungi, di Jakarta, Rabu.

Pernyataan itu untuk menanggapi gejala di masyarakat akhir-akhir ini tentang mudahnya seseorang mengambil keputusan bunuh diri, bahkan bersama keluarga. 

Seseorang ini, lanjutnya, tak mesti teman dekat, bisa juga psikolog, terapis atau bahkan tokoh agama yang bisa menjadi pendengar.

"Tapi pastikan orang-orang itu bisa dipercaya dan dia tahu akan membawanya ke jalan yang benar. Dia tahu orang ini yang akan mengarahkan saya, bukan makin menjerumuskan," ujar dia.

Ika mengakui untuk menemukan sosok ini, seseorang yang bahkan mengaku tak bisa berteman, mau tak mau harus berusaha keras.

Baca juga: Pakar psikologi sebut usia remaja rentan mengalami masalah kejiwaan

Apabila orang tua atau keluarga tak bisa masuk kriteria, bisa juga diupayakan rekan kerja semisal dari divisi sumber daya manusia (SDM) atau HRD di kantor.

"Bahkan kalau di kantor HRD misalnya. Usahakan, minimal ada walaupun mungkin tidak harus dekat  karena tidak semua orang bisa punya 'bestie'," tegas dia.

Kemudian, seseorang perlu menyadari sejumlah tanda, jika tak mampu menyelesaikan masalahnya seorang diri sehingga membutuhkan bantuan orang lain. Tanda ini yakni saat dia mulai menyakiti orang lain atau diri sendiri.

Menurut Ika, menyakiti diri tidak harus sampai membuat sayatan di tangan, tetapi bisa dimulai dari hilangnya keinginan merawat diri dan marah kala bertemu orang lain.

"Atau orang-orang sekitar sudah berkomentar, 'Lo kok sekarang pemarah ya', karena kita tidak sadar. 'Kok kamu berubah sekarang jadi lebih tidak sabaran'. Itu lebih baik, kita sudah mencari bantuan (profesional)," demikian Ika. 

Baca juga: Psikiater: Sehat jiwa bukan hanya tentang perasaan bahagia

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2024