Jakarta (ANTARA News) - Musik ternyata tidak hanya sebagai hiburan saja. Menurut pendiri dari Institut Musik Daya Indonesia, Professor Tjut Nyak Deviana Daudsjah, D. A.MusEd, musik juga bisa dijadikan sebagai salah satu terapi.

"Metode ini sudah dilakukan sejak lama," kata Tjut saat jumpa pers di Jakarta, Kamis.

Dia melanjutkan bahwa terapi bisa dilakukan dengan menggunakan musik yang memiliki frekuensi tertentu pada masing-masing individu.

"Jadi pada masing-masing orang akan berbeda musiknya," katanya.

Dia menyebutkan, akan ada sesi tanya jawab antara pasien dengan musik terapis untuk mengetahui personaliti, kebiasaan serta kondisi lingkungan pasien.

"Yang jelas, musik yang diperdengarkan akan sesuai dengan kebiasaan mereka," katanya.

Lebih lanjut dia menerangkan bahwa musik yang bisa dijadikan untuk terapi cenderung memiliki frekuensi yang normal, tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Sehingga membuat pasien merasa relaks.

"Kalau sudah tenang, proses penyembuhan bisa cepat dilakukan," katanya.

Terdapat dua jenis terapi yang dilakukan yakni active dan passive. Terapi active yakni, melibatkan pasien dalam memilih bahkan membuat dan mengaransemen lagu.

"Kalau passive lebih ke pasien mendengarkan lagu saja," katanya.

Dia menegaskan bahwa, tidak sembarang musik bisa dijadikan sebagai musik terapi. Poin utama yang harus dilakukan adalah berkonsultasi dengan ahli sehingga bisa menemukan musik yang sesuai untuk penyembuhan.

"Bukan asal main nyalain compo lalu itu jadi musik terapi, tidak," katanya.

Pewarta: Deny Yuliansari
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013