Wuhan (ANTARA) - Lebih dari 260 peninggalan budaya zaman perunggu dari sejumlah museum di Provinsi Hubei, China tengah, telah dikirim untuk dipamerkan dalam sebuah pameran di San Francisco, Amerika Serikat (AS).

Dua pesawat kargo yang mengangkut 263 buah atau set artefak, termasuk benda-benda dari batu giok, perunggu, emas, pernis, dan tekstil, bertolak dari Beijing, ibu kota China, pada Rabu (13/3) dan Kamis (14/3).

Benda-benda tersebut akan dipamerkan di pameran bertajuk "Phoenix Kingdoms: The Last Splendor of China's Bronze Age", yang akan dimulai pada 19 April dan berlangsung hingga Juli mendatang di Asian Art Museum (AAM) di San Francisco.

Artefak-artefak tersebut berasal dari negara kuno Chu dan Zeng pada masa Dinasti Zhou (1046-256 SM), sebuah periode yang dikenal dengan keragaman budayanya dan lahirnya para filsuf besar seperti Konfusius.
 
Anggota staf mengemas artefak perunggu di Museum Provinsi Hubei di Wuhan, Provinsi Hubei, China tengah, pada 4 Maret 2024. (Xinhua/Xiao Yijiu) 


Di antara beberapa artefak yang paling menonjol adalah wadah pendingin anggur (wine) besar dari perunggu, liontin giok yang diukir dengan pola naga dan burung phoenix, serta pakaian sutra bersulam motif burung phoenix.

"Unsur-unsur burung phoenix sangat menonjol dalam budaya Chu, sementara dalam budaya Barat, burung phoenix dipandang sebagai burung pembawa keberuntungan. Dengan menggunakan burung phoenix sebagai tema pameran tersebut, kami berharap dapat membangkitkan resonansi artistik dan estetik di antara pengunjung China dan Barat," kata Zhang Xiaoyun, kurator Museum Provinsi Hubei.

Artefak-artefak itu telah dikumpulkan dari sejumlah museum di lima kota di Hubei, dan mencakup 50 benda yang berada di bawah perlindungan negara kelas satu, yang separuhnya baru kali ini dipamerkan di luar negeri.

"Pameran ini memberikan perspektif baru mengenai pembentukan peradaban China, khususnya di wilayah Sungai Yangtze. Kami berharap lebih banyak lagi pertukaran antarmuseum akan dapat membantu meningkatkan pemahaman budaya antara AS dan China," ujar Zhang Fan, kurator Seni China di AAM. 

Pewarta: Xinhua
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2024