Jakarta (ANTARA) - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menurunkan status ancaman Gunung Inielika di Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur, dari waspada atau level II menjadi normal atau level I.
 
"Tingkat aktivitas diturunkan dari waspada menjadi normal terhitung tanggal 16 Maret 2024 pukul 11.00 WITA," kata Kepala PVMBG Hendra Gunawan dalam laporan yang diterima di Jakarta, Sabtu.
 
PVMBG menaikkan status Gunung Inielika dari normal menjadi waspada pada 4 Oktober 2023. Selama lima bulan berselang tingkat aktivitas gunung api muda itu perlahan menurun.
 
Pada periode 1 sampai 15 Maret 2024, PVMBG mencatat ada empat kali gempa tektonik lokal dan 1 kali gempa tektonik jauh.
 
Aktivitas kegempaan turun signifikan bila dibandingkan periode 16 sampai 29 Februari 2024. Saat itu jumlah gempa vulkanik dalam tercatat sebanyak 4 kali, gempa tektonik lokal 20 kali, dan gempa tektonik jauh sebanyak 10 kali.  
PVMBG mengukur perbandingan suhu air dan konsentrasi gas pada Februari 2024 dengan Desember 2023. Suhu air panas Tukapela dan Gou Wolo Lika tidak mengalami perubahan.

Tembusan gas di Boba, konsentrasi gas hidrogen sulfida dan belerang dioksida naik, sedangkan tembusan gas di Tanawau konsentrasi hidrogen sulfida dan belerang dioksida menurun.
 
Hendra menuturkan dalam tingkat aktivitas vulkanik normal, konsentrasi kedua gas itu selalu tinggi, berfluktuasi, dan di atas ambang batas berbahaya.
 
"Sejak terjadi peningkatan aktivitas vulkanik di Oktober 2023 hingga saat ini secara visual kondisinya normal, tidak terlihat ada perubahan visual di kawah dan juga tidak terlihat kemunculan asap dari kawah puncak," kata ujarnya.
 
Dalam tingkat aktivitas normal, Gunung Inielika didominasi oleh gempa tektonik lokal dan gempa tektonik jauh dengan rata-rata dua kejadian per hari.
 
Gempa vulkanik dalam dengan rata-rata kurang dari satu kejadian pe hari dan tidak terjadi setiap hari.
 
Baca juga: Gunung Dukono muntahkan abu vulkanik setinggi 1,5 kilometer
 
Pada Oktober 2023 terjadi peningkatan gempa vulkanik dalam yang signifikan. Fenomena itu mengindikasikan terjadinya perekahan batuan di dalam oleh keberadaan tekanan magma atau fluida.

Setelah itu jumlah gempa vulkanik dalam menurun secara bertahap dan saat ini jumlah gempa vulkanik dalam rata-rata kurang dari satu kejadian per hari dan tidak terjadi setiap hari.
 
Jumlah gempa tektonik lokal maupun tektonik jauh sejak Januari hingga Maret 2024 umumnya normal rata-rata dua kejadian per hari, kecuali saat gempa tektonik terasa. Meski ada gempa tektonik terasa tidak berpengaruh terhadap jumlah gempa vulkanik dalam maupun dangkal
 
Suhu air panas di Tukapela dan Gou Wololika masih berada pada kisaran normal, yakni 50 derajat Celcius dan 46 derajat Celcius.
 
Variasi perubahan suhu yang kecil disebabkan oleh perubahan intensitas curah hujan yang dapat mempengaruhi debit air tanah atau air panas yang keluar.
 
Dalam tingkat aktivitas normal, konsentrasi hidrogen sulfida dan belerang dioksida di lokasi air panas Tukapela, Tembusan gas Boba, dan Tanawau selalu tinggi dan di atas ambang batas yang berbahaya, sehingga masyarakat disarankan untuk tidak berada di lokasi-lokasi tembusan gas tersebut.
 
Lebih lanjut Hendra mengimbau masyarakat agar tidak beraktivitas dalam radius 500 meter dari kawah puncak Gunung Inielika untuk menghindari ancaman dari aktivitas vulkanik maupun magma gunung api tersebut.
 
"Masyarakat dan pengunjung tidak berada atau beraktivitas di lokasi tembusan gas serta lokasi sumber air panas karena konsentrasi hidrogen sulfida dan belerang dioksida yang tinggi dan berbahaya," pungkasnya.

Baca juga: Gunung Semeru meletus, lontarkan abu vulkanik setinggi 1 km
Baca juga: PVMBG ingatkan aktivitas erupsi Gunung Ile Lewotolok masih tinggi

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2024