Jakarta (ANTARA) - Presiden Direktur Visa Indonesia Riko Abdurrahman menilai infrastruktur pembayaran digital yang belum merata di Indonesia menjadi faktor utama masih tingginya tingkat penggunaan uang tunai dalam bertransaksi.

Berdasarkan Visa Consumer Payment Attitudes Study, dari 1.000 responden, 80 persen di antaranya mengaku masih menggunakan uang tunai. Berdasarkan klasifikasi usia, penggunaan uang tunai didominasi generasi Boomers sebanyak 92 persen.

Di samping itu, uang tunai juga tetap menjadi metode pembayaran yang paling disukai di berbagai kategori belanja, terutama untuk bensin, toko serba ada, makanan dan minuman.

"Selama infrastrukturnya masih (terpusat) di kota-kota besar, saya rasa penggunaan cash (uang tunai) masih akan besar," kata Riko saat Media Briefing Visa Consumer Payment Attitudes di Jakarta, Selasa.

Menurut Riko, apabila ingin mempercepat masyarakat Indonesia untuk bertransisi menjadi masyarakat yang bertransaksi nontunai keseluruhan (cashless society), maka infrastruktur pembayaran digital harus mulai disediakan di kota-kota kecil lainnya.

"Tapi kalau infrastruktur digital payment ini sudah masuk di kota-kota kecil, merchant-merchant kecil, itu saya rasa akan cepat (bertransisi)," ujarnya.

Dari hasil kajian Visa, mayoritas konsumen di Indonesia telah mencoba untuk go cashless, dengan sebagian besar didominasi oleh generasi muda.

Kendatipun terjadi sedikit penurunan dari sisi kebiasaan tidak membawa uang tunai dari 67 persen pada tahun 2022 menjadi 64 persen pada tahun 2023, masih terdapat peningkatan yang cukup tinggi dibandingkan dengan angka tahun 2021 sebesar 61 persen.

Perilaku nontunai di Tanah Air didorong oleh generasi muda dari segmen Gen Z (76 persen) dan Gen Y (69 persen) di mana hampir 3 dari 5 orang di antaranya telah berhasil mengadopsi gaya hidup cashless.

Para konsumen telah berhasil tidak menggunakan uang tunai selama 10 hari.

Melihat hasil studi Visa sepanjang tahun 2023, Riko memperkirakan bahwa masih dibutuhkan waktu yang cukup lama bagi masyarakat Indonesia untuk dapat bertransisi menjadi cashless society.

"Akan jauh agar menjadi cashless society, tapi seenggaknya saat ini sudah mulai less cash society," imbuhnya.

Dia juga menilai bahwa penyiapan infrastruktur pembayaran digital juga perlu dibarengi dengan peningkatan literasi keuangan masyarakat.

"Literasi finansial yang rendah, mungkin sekitar 34 persen, nah ini yang banyak terjadi pinjol misalnya," pungkasnya.


Baca juga: BI mengoptimalkan transaksi nontunai selama Ramadhan 1445 H

Baca juga: Nilai transaksi pasar digital PaDI UMKM Rp909 triliun

Pewarta: Bayu Saputra
Editor: Nurul Aulia Badar
Copyright © ANTARA 2024