Jakarta (ANTARA) - Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN) menyebut pentingnya siswa di wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) memiliki kesadaran serta pemahaman tentang jaminan sosial.

"Untuk pelajar-pelajar Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) misalnya, terutama di daerah 3T, kalau mau bekerja, jadi mereka bisa berpikir, 'oh, saya tahu saya harusnya punya hak apa sih, oh ada jaminan kecelakaan kerja, oh ada jaminan kematian, oh jaminan hari tua', kan begitu," ujar Ketua DJSN Agus Suprapto di Jakarta, Rabu.

Agus menyampaikan hal tersebut saat ditemui media usai acara sosialisasi modul P5 tentang jaminan sosial kepada siswa di kantor Kementerian Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK).

"Jadi nanti pembelajarannya ada yang sifatnya resmi (sebagai kurikulum tambahan di sekolah), artinya mereka sehari-hari sebagai peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di daerah 3T, misalnya terdaftar sebagai Penerima Bantuan Iuran (PBI), apa sih itu sebenarnya? Oh ternyata itu rangkaian dari implementasi dari jaminan sosial kita," katanya.

Baca juga: Pemanfaatan layanan BPJS Kesehatan meningkat, capai 1,6 juta jiwa/hari

Baca juga: Pemerintah luncurkan modul untuk pelajar memahami jaminan sosial


Ia menegaskan, ketika para siswa sudah memasuki masa bekerja, mereka akan tahu hak-hak dan kewajiban ketika menjadi peserta jaminan sosial, sehingga dapat meningkatkan kesadaran bahwa perlindungan itu penting selama hidupnya.

"Jadi meski dia di daerah 3T, mereka tetap bisa mengakses keilmuan ini, maka itu akan menjadi masa depan dia, sehingga nanti kan mereka tidak hanya bekerja di daerahnya, bisa juga bekerja di tempat lain bahkan sampai ke luar negeri, misalnya sebagai pekerja migran Indonesia, mereka sudah tahu, bahwa di semua negara ternyata ada juga jaminan sosial," tuturnya.

Untuk itu, ia menekankan pentingnya pengenalan modul P5 mengenai jaminan sosial agar tenaga kerja Indonesia ke depan dapat memahami dengan benar bahwa jaminan sosial menjadi kebutuhan semua orang saat ini.

"(Jaminan sosial) penting, kenapa? Karena pekerjaan penuh risiko sekarang ini, bisa sakit, bisa yang sifatnya kecelakaan, gitu maksudnya ya. Ini yang sekarang ini enggak bisa terhindarkan, jadi jaminan sosial penting," ucapnya.

Ia juga mengemukakan, di wilayah 3T nantinya guru akan mendapatkan pelatihan atau training of trainer secara daring, sehingga memudahkan mereka.

"Jadi sekarang ini (modulnya) berbentuk e-book, ya, bisa diunduh, dan mudah dipahami, ini kan masih menyesuaikan, agar siswa paham, mengapa sih saya ini kok ada PBI jaminan sosial JKN, kartu Indonesia sehat, oh, ternyata ini ada hubungannya (dengan pembelajaran yang sudah didapatkan di sekolah)," paparnya.

"Jadi untuk menjembatani antara kenyataan yang ada di lapangan, yang dia dengar dan dia terima, serta secara teori dasarnya mereka juga paham," imbuhnya.

Ke depan, ia juga menyampaikan bahwa akan ada pengembangan modul, yang bisa dikombinasikan dengan permainan-permainan, atau lomba-lomba antarsiswa, untuk memicu internalisasi nilai-nilai jaminan sosial ke dalam diri mereka.*

Baca juga: DJSN sebut kanker penyakit biaya tertinggi kedua setelah jantung

Baca juga: DJSN terima kunjungan PSI untuk tukar pikiran soal jaminan sosial

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2024