Sulteng memiliki perkebunan sawit skala besar cukup luas, kenapa tidak pemerintah memikirkan upaya hilirisasi komoditas tersebut.
Palu (ANTARA) -
Akademisi Universitas Tadulako Palu Mohamad Ahlis Djirimu mengatakan pabrik pengolahan kelapa sawit perlu dibangun di Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) untuk membantu menopang ekonomi daerah dalam jangka panjang.
 
"Sulteng memiliki perkebunan sawit skala besar cukup luas, kenapa tidak pemerintah memikirkan upaya hilirisasi komoditas tersebut untuk membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat," kata Ahlis yang juga ahli ekonomi Universitas Tadulako ditemui di Palu, Jumat.
 
Menurut dia, sektor perkebunan juga berpotensi dapat menyumbang peningkatan ekonomi daerah bila dikelola secara optimal.
 
Ia menyarankan pemda setempat perlu membangun kolaborasi dengan investor sektor perkebunan sawit untuk mengembangkan komoditas itu hingga pada skema hilirisasi dari bahan mentah menjadi produk siap pakai.
 
"Sulawesi Tengah salah satu daerah yang menjadi proyek strategis nasional, maka peluang ini dapat dimanfaatkan untuk pengembangan ekonomi. Dari sektor pertambangan, daerah ini sudah menghasilkan sehingga perlu dikembangkan sektor lain sebagai penunjang supaya terlihat beragam," ujarnya pula.
 
Dia mengemukakan dari 13 kabupaten/kota di Sulteng sekitar tujuh kabupaten menjadi sentra perkebunan sawit, yakni Kabupaten Buol, Tolitoli, Donggala, Poso, Morowali, Morowali Utara, dan Banggai dengan jumlah produksi mencapai 370.335 ton lebih (BPS 2022).
 
"Selama ini buah sawit Sulawesi Tengah hanya diolah di luar daerah, padahal kalau diolah dalam daerah tentu ini bisa menjadi nilai tambah. Saya kira potensi ini bisa menjadi bahan pertimbangan pemda ke depan, karena sawit merupakan salah satu komoditas penyumbang pendapatan negara," kata dia lagi.
 
Bila pemda berminat mengembangkan sektor ini, kata dia pula, langkah awal adalah menyiapkan lahan untuk hilirisasi bekerja sama dengan pihak swasta, kemudian menyiapkan tenaga kerja siap pakai dengan membuka sekolah kejuruan perkebunan supaya penyerapan tenaga kerja dapat menggunakan warga lokal yang memiliki kemampuan di bidangnya.
 
Pemerintah Indonesia telah melakukan penanaman kembali sawit seluas 200.000 hektare sejak tahun 2007 dan 180.000 hektare sedang dalam proses penanaman kembali pada tahun 2023 ini, dengan alokasi anggaran sebesar 386 juta dolar Amerika Serikat (AS) untuk meningkatkan produktivitas kelapa sawit.
 
Menurut data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) produksi crude palm oil (CPO) dalam negeri mencapai 49,1 juta ton, dan produk CPO ekspor sebanyak 33 juta ton dari luas lahan 14,9 juta hektare pada tahun 2022.
Baca juga: Petani sawit Sulteng adukan perampasan tanah ke ABN-AMRO di Belanda
Baca juga: Gapki: Pola kemitraan upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat

Pewarta: Mohamad Ridwan
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2024