Jakarta (ANTARA) - Direktur Eksekutif Plan Indonesia Dini Widiastuti mengatakan kelompok marginal, termasuk perempuan dan anak paling mengalami dampak dari sanitasi yang buruk.

"Anak perempuan membutuhkan akses ke sanitasi layak dalam menjaga kebersihan seperti saat mengalami menstruasi," ujar Dini dalam lokakarya “Pembelajaran Implementasi WASH SDG untuk Mendorong Sanitasi Aman yang Berkelanjutan dan Inklusif” di Jakarta, Senin.

Dia menambahkan tak hanya di lingkungan rumah, sangat penting bagi kelompok marginal untuk mendapatkan hak terhadap air bersih dan sanitasi aman.

Baca juga: Kemenko PMK: Sanitasi yang aman berpengaruh turunkan stunting

“Pelibatan semua kelompok termasuk perempuan dan anak perempuan, penyandang disabilitas, masyarakat miskin, dan kelompok rentan lainnya sangat penting untuk mencapai target 100 persen akses sanitasi aman pada 2030. Sesuai dengan semangat SDG, yaitu tidak ada satu pun yang tertinggal atau ditinggalkan,” kata Dini.

Plan Indonesia telah melaksanakan program WASH SDG sejak tahun 2018 di Kota Mataram, Kabupaten Lombok Tengah, Malaka dan Belu.

Sejak diimplementasikan tahun 2018, banyak capaian signifikan di wilayah dampingan Plan Indonesia. Saat ini empat kota/kabupaten dampingan WINNER Project telah mendeklarasikan sebagai kabupaten/kota 100 persen Stop Buang Air Besar (BAB) sembarangan, yang mana tiga daerah diantaranya telah menuntaskan 5 Pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).

Keberhasilan lainnya adalah adanya peningkatan partisipasi aktif perempuan dan penyandang disabilitas di wilayah dampingan Plan Indonesia dalam program STBM.

"Keberhasilan pencapaian ini ditentukan oleh beberapa faktor, yakni kemitraan dengan penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dan organisasi disabilitas yang telah berhasil menjangkau masyarakat hingga tingkat rumah tangga," ucapnya.

Faktor keberhasilan yang lainnya adalah kuatnya dukungan kepala daerah terhadap implementasi program STBM. Melalui dukungan Plan Indonesia pemerintah kota/kabupaten saat ini telah memiliki dokumen Strategi Sanitasi Kota (SSK) sebagai acuan untuk pelaksanaan program sanitasi jangka panjang.

Untuk meningkatkan akses sanitasi aman dan higienis yang inklusif bagi seluruh masyarakat di wilayah dampingan, pihaknya menerapkan tiga strategi utama dalam menjalankan program WASH SDG, yakni memperkuat lingkungan kebijakan dan anggaran yang mendukung, melaksanakan promosi yang berorientasi pada perubahan perilaku dan mendorong tersedianya produk dan layanan sanitasi yang terjangkau melalui kewirausahaan sanitasi.

Baca juga: UNICEF Indonesia dorong agar sekolah-sekolah dilengkapi toilet layak

Baca juga: Peneliti: Akses air bersih dan sanitasi layak cegah stunting


Program WASH SDG juga mengarusutamakan kesetaraan gender dan inklusi sosial yang diterapkan di seluruh strategi dan pendekatan program.

Country Director SNV Indonesia Rizki Pandu Permana menyampaikan bahwa untuk mencapai sanitasi aman perkotaan yang inklusif dan berkelanjutan, SNV menerapkan pendekatan Urban Sanitation & Hygiene for Health & Development (USHHD) dan mendorong pelibatan dan kolaborasi multipihak.

"Pendekatan ini berfokus pada peningkatan kapasitas pemerintah daerah dalam melaksanakan komunikasi perubahan perilaku sanitasi, menyediakan layanan sanitasi yang profesional dan terjangkau, memperkuat tata kelola sanitasi, memiliki sistem pembiayaan dan investasi sanitasi yang tepat sasaran, dan mengoperasikan sistem pengolahan, pemanfaatan kembali, atau pembuangan limbah terolah secara aman, "kata Rizki.
 

Pewarta: Indriani
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2024