Jakarta (ANTARA) - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Makarim menyatakan implementasi Kurikulum Merdeka mampu meningkatkan skor numerasi satuan pendidikan baik di daerah terluar, tertinggal, dan terdepan (3T) maupun non-3T.

“Lompatan literasi yang terjadi untuk sekolah semakin lama semakin bagus, terutama mereka yang mengimplementasikan Kurikulum Merdeka,” katanya di Gedung A Kemendikbudristek, Jakarta, Rabu.

Secara rinci, skor numerasi sekolah di daerah 3T yang menerapkan Kurikulum Merdeka selama satu tahun sebesar 8,15, skor numerasi dengan implementasi dua tahun sebesar 8,79 sedangkan dengan implementasi tiga tahun sebesar 12,49.

Sementara skor numerasi bagi satuan pendidikan di daerah non-3T mencapai 13,14 untuk yang mengimplementasikan Kurikulum Merdeka selama tiga tahun, dan 12,85 untuk yang menerapkan selama dua tahun, serta 10,4 bagi yang menerapkan selama satu tahun.

Hal tersebut lebih baik dibandingkan dengan satuan pendidikan yang menerapkan Kurikulum 2013 yaitu hanya 8,99 untuk di daerah non-3T dan 6,59 untuk di daerah 3T.

“Ini bukti terpenting kita bahwa baik di daerah nontertinggal pun sangat signifikan improvement-nya, di daerah tertinggal lebih besar lagi lompatannya,” kata Nadiem.

Bahkan hasil survei dan evaluasi kebijakan menunjukkan 97 persen guru memberikan dukungan positif terhadap penerapan Kurikulum Merdeka.

Kurikulum Merdeka memberi fleksibilitas guru untuk merancang pembelajaran sesuai kondisi murid dan sekolah yakni salah satunya melalui projek penguatan profil pelajar Pancasila atau P5 yang mampu mendorong pengembangan karakter siswa.

Sejauh ini, Kurikulum Merdeka sendiri telah diadopsi oleh lebih dari 300 ribu satuan pendidikan di Indonesia dan ditargetkan akan terimplementasi secara penuh pada 2028.

Baca juga: Kemendikbudristek tetapkan Kurikulum Merdeka jadi kurikulum nasional

Baca juga: Kemendikbudristek: Guru Penggerak dibentuk jadi pemimpin pembelajaran

Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024