Hanoi (ANTARA) - Vietnam berada dalam antrean pemantauan untuk kemungkinan reklasifikasi dari status pasar negara berkembang terdepan menjadi pasar negara berkembang sekunder, menurut tinjauan Klasifikasi Negara anak perusahaan Grup Bursa Efek London, FTSE Russell, pada Maret.

Penyedia analisis saham Inggris itu mengatakan Vietnam dimasukkan ke dalam daftar pantau pada September 2018 untuk kemungkinan reklasifikasi ke status pasar negara berkembang sekunder. Namun, negara tersebut belum memenuhi kriteria Siklus Penyelesaian (DvP).

DvP saat ini dinilai "dibatasi" karena adanya praktik pasar yang melakukan pemeriksaan praperdagangan untuk memastikan ketersediaan dana sebelum eksekusi perdagangan.

Dengan demikian, perbaikan pada proses registrasi akun baru diperlukan karena praktik pasar tersebut dapat mengakibatkan perpanjangan proses registrasi.

Analisis saham juga mencatat pengenalan mekanisme yang efisien, untuk memfasilitasi perdagangan antara investor nondomestik atas surat berharga yang telah mencapai atau mendekati batas kepemilikan asing, sebagai aspek penting.

Kendati demikian, FTSE Russell memuji tekad Vietnam untuk mencapai status pasar berkembang sejak pengumuman tahunan pada September 2023 lalu.

FTSE Russell juga terus mendorong pertemuan antara entitas lokal Vietnam dan komunitas investasi internasional untuk membantu kesulitan ketika mengakses pasar ekuitas Vietnam.

Perdana Menteri Vietnam Phm Minh Chính baru-baru ini menyampaikan komitmen kepada pasar Vietnam untuk menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi Vietnam memenuhi kriteria Klasifikasi Negara Ekuitas FTSE pada tahun 2025.

Upaya tersebut mencakup amendemen peraturan hukum terkait, menciptakan kondisi yang lebih menguntungkan, serta penghapusan hambatan bagi investor asing untuk mengakses pasar.

Menurut Perusahaan Saham Gabungan BIDV Securities, pasar saham Vietnam jika ditingkatkan akan menerima investasi sebesar 1,3-1,5 miliar dolar AS (Rp20,6-Rp23,8 miliar) dari dana terbuka dan dana yang diperdagangkan di bursa yang melacak indeks FTSE Russel.

Jumlah tersebut akan mencakup hingga 800 juta dolar AS (Rp12,7 triliun) dari dana yang diperdagangkan di bursa saham, yang setara dengan pasar sekuritas Filipina.

Sumber: VNA-OANA


Baca juga: Vietnam berniat jual hampir 100 saham perusahaan negara hingga 2020

Baca juga: Vietnam, China alami lonjakan perdagangan pasca pembukaan perbatasan


 

Kota China Selatan-Vietnam kini terhubung jalur kereta

 

Penerjemah: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2024