Kinshasa (ANTARA News) - Pemberontak M23 di Republik Demokratis Kongo (DRC) mengumumkan gencatan senjata dalam perang melawan militer negara itu, kata kelompok tersebut, Minggu.

Mereka berharap pengumuman gencatan senjata itu akan memajukan pembicaraan perdamaian dengan pemerintah DRC, lapor Reuters.

"Kami mendesak fasilitator perundingan perdamaian Kampala segera memberlakukan mekanisme untuk mengawasi gencatan senjata," kata M23 dalam sebuah pernyataan.

Belum ada tanggapan segera dari militer, yang menghalau kelompok pemberontak itu dari seluruh daerah yang mereka kuasai selama pemberontakan 20 bulan di provinsi North Kivu.

Kelompok itu pekan ini meninggalkan Bunagana, pangkalan terakhir mereka di provinsi wilayah timur tersebut, dan melarikan diri ke daerah perbukitan dan hutan sekitar perbatasan DRC dengan Uganda dan Rwanda dimana pemberontakan itu diluncurkan tahun lalu.

Jumat, Uganda, yang memimpin upaya regional untuk mengakhiri pemberontakan paling serius itu sejak perang Kongo berakhir satu dasawarsa lalu, mendesak kedua pihak berhenti berperang.

Pertempuran hebat mereda namun militer menyatakan membom posisi-posisi gerilyawan Sabtu untuk menekan mereka agar menyerah.

M23 didirikan oleh mantan pemberontak Tutsi yang disatukan ke dalam militer Kongo sesuai dengan perjanjian perdamaian 2009.

Dengan mengeluhkan perjanjian itu tidak pernah dilaksanakan sepenuhnya, mereka melakukan pemberontakan pada April 2012 dan berperang dengan mantan rekan kerja mereka.

PBB dan kelompok-kelompok hak asasi manusia menuduh M23 melakukan kejahatan seperti pemerkosaan dan pembunuhan selama konflik itu, yang telah membuat puluhan ribu orang mengungsi.

Monusco, misi pemelihara perdamaian PBB di Republik Demokratis Kongo (DRC), adalah salah satu pasukan penjaga perdamaian terbesar PBB di dunia yang memiliki lebih dari 17.750 prajurit dan pengamat militer serta 1.400 polisi. Pakistan merupakan penyumbang utama pasukan itu.

Dewan Keamanan PBB pada Maret setuju membentuk sebuah brigade intervensi tambahan yang mencakup lebih dari 2.500 prajurit di DRC timur untuk menghadapi kelompok-kelompok bersenjata seperti M23.

Brigade khusus itu, pasukan pertama yang diberi mandat ofensif, terdiri dari pasukan dari Afrika Selatan, Malawi dan Tanzania.


Penerjemah: Memet Suratmadi

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013