Jakarta (ANTARA) -
Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia (KOI), Raja Sapta Oktohari, mengatakan dirinya diundang oleh International Table Tennis Federation (ITTF) untuk membahas positioning atau keikutsertaan Indonesia dalam ajang internasional, akibat adanya kisruh dualisme pengurus cabang olahraga tersebut.
 
Ia membeberkan, berdasarkan hasil rapat anggota tahunan dan kongres luar biasa KOI, pihaknya telah melaporkan kepada ITTF terkait kondisi cabang olahraga tenis meja di Indonesia saat ini.
 
"Senin nanti (1/4), kami diundang oleh ITTF untuk membahas positioning Indonesia di kancah dunia maupun persiapan di fase-fase yang lain," kata pria yang kerap disapa Okto itu di Jakarta, Sabtu (30/3) malam.
 
Lebih lanjut dia membeberkan, ITTF telah menyatakan bahwa dinamika yang terjadi di cabang olahraga tenis meja di Indonesia cukup dinamis, sehingga mereka butuh kepastian untuk keikutsertaan dalam ajang internasional ke depannya, seperti SEA Games, Asian Games, dan Olimpiade.
 
Untuk menindaklanjuti pernyataan tersebut, Okto mengatakan KOI terus berusaha untuk berkomunikasi dengan ITTF, guna tetap melibatkan Indonesia dalam ajang internasional ke depannya, sembari menyelesaikan masalah dualisme yang belum usai.
 
"Mudah-mudahan dengan dukungan semua pihak, atas kebesaran hati semua pihak, bukan hanya dari KOI, tetapi masyarakat tenis meja Indonesia bisa bangkit kembali dan bisa tampil di Olimpiade," ujar mantan Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) periode 2011-2014 itu dengan penuh harap.
 
Ia menambahkan, ITTF telah memberikan "angin segar" kepada Indonesia, jika sudah menyelesaikan kisruh pengurus tenis meja yang tak kunjung usai itu.
 
Jika cabang olahraga itu sudah siap, tambah dia, maka turnamen internasional tenis meja bisa saja digelar di Indonesia.
 
Konflik dualisme organisasi tenis meja antara Pengurus Pusat Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia (PP PTMSI) dan Pengurus Besar Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia (PB PTMSI), mengakibatkan Indonesia sudah melewati sejumlah multievent olahraga nasional dan internasional.
 
Pada Pekan Olahraga Nasional (PON) Papua 2020, tenis meja bahkan tidak dipertandingkan dalam ajang empat tahunan itu.

Sedangkan di SEA Games, tim tenis meja Indonesia absen pada tiga edisi, yaitu 2017, 2019, dan 2021. Namun, tim tenis meja sempat kembali pada SEA Games Kamboja 2023.
 
Untuk ajang Olimpiade, Indonesia sudah jarang mengirimkan atlet-atlet tenis meja terbaiknya seperti yang pernah ditorehkan Toni Meringgi di Olimpiade 1988 Seoul, Ling Ling Agustin pada Olimpiade 1992 Barcelona, hingga Ismu Harinto di Olimpiade 2000 Sydney.
 
Sejumlah legenda tenis meja Indonesia seperti Ling Ling Agustin dan Rossy Pratiwi menilai, konflik itu bukan hanya merusak tatanan pembinaan tenis meja, tetapi juga menghancurkan masa depan atlet.

Baca juga: Ketum KOI: Kami terus jajaki Indonesia jadi tuan rumah Olimpiade

Baca juga: Ketum KOI: Semua yang lolos kualifikasi Olimpiade potensi raih medali

Baca juga: KOI harapkan calon ketum baru berkomitmen majukan olahraga nasional

Pewarta: Donny Aditra
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2024