Jenewa (ANTARA News) - Konferensi perdamaian untuk Suriah yang dikoyak perang saudara tampaknya akan mengalami penundaan lagi Selasa karena kubu-kubu yang saling bersaing masih terpecah mengenai syarat-syarat bagi keikutsertaan mereka.

Utusan khusus PBB-Liga Arab untuk Suriah Lakhdar Brahimi bertemu dengan sejumlah diplomat senior di Jenewa pada Selasa dalam usaha mempersiapkan konferensi internasional baru yang bertujuan mengakhiri konflik di Suriah, lapor AFP.

Satu kesepakatan Amerika Serikat-Rusia yang dicapai pada September untuk menghancurkan persenjataan kimia Suriah pada pertengahan 2014 telah menaikkan harapan-harapan bahwa upaya-upaya diplomasi mungkin juga mampu membawa para pihak yang bertikai ke meja perundingan akhir bulan ini.

Tapi satu sumber yang dekat dengan pertemuan Selasa mengatakan kepada kantor berita Rusia ITARA-TASS bahwa sekarang jelas konferensi yang disebut Jenewa II, akan berlangsung "tak lebih awal daripada Desember."

Jenewa II dimaksudkan untuk mengikuti satu konferensi tahun lalu yang menghasilkan rencana transisi bagi Suriah. Tapi rencana itu tak pernah dilaksanakan dalam usaha mengakhiri konflik.

Lebih 120.000 orang telah meninggal dan jutaan meninggalkan rumah-rumah mereka untuk menyelamatkan diri ke wilayah-wilayah aman dari konflik tersebut.

Semula konferensi itu akan diadakan pada Juni tapi diundur-undur lagi karena masih terjadi ketidaksepakatan mengenai tempat untuk pembicaraan itu dan daftar peserta.

Nasib Presiden Suriah Bashar al-Assad masih menjadi titik utama. Kelompok penentangnya menolak untuk menghadiri pertemuan jika pengunduran diri Bashar tak dibahas. Tuntutan itu ditolak Damaskus.

Rezim Suriah menekankan pada Senin pihaknya tidak akan menerima negosiasi yang bertujuan mendepak Bashar.

"Kami tidak akan pergi ke Jenewa menyerahkan kekuasaan seperti yang diinginkan oleh (Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Saud) al-Faisal dan para penentang tertentu di luar negeri," kata Omran al-Zohbi yang dilansir kantor berita SANA.

"Presiden Bashar al-Assad akan tetap kepala negara," kata dia menambahkan.

Menteri Luar Negeri AS John Kerry menekankan kepada wartawan di Warsawa Selasa bahwa konferensi perdamaian itu belum dapat terlaksana karena pemerintahan transisi yang dapat diterima kedua pihak masih harus dibahas.

"Saya tidak tahu bagaimana setiap orang meyakini oposisi akan saling memberikan persetujuan kepada Bashar untuk terus berkuasa," kata dia, mendesak rezim Suriah untuk "pergi ke Jenewa merundingkan satu resolusi damai mengakhiri konflik di Suriah."

Emir Qatar, pendukung utama pemberontakan Suriah, mengeritik pada Selasa apa yang diklaimnya istilah-istilah tanpa syarat bagi Jenewa II, dengan menyatakan bahwa tanpa jadwal waktu jelas pembicaraan itu "tak akan mengarah ke mana-mana."

Keruwetan bertambah ketika Menlu Rusia Sergei Lavrov mengulangi Selasa bahwa Moskow menginginkan Iran memiliki kursi di meja perundingan Jenewa II kendati sudah ada ancaman dari pemberontak bahwa mereka akan memboikot konferensi itu jika Teheran diundang.

Payung oposisi utama Koalisi Nasional telah menyatakan pihaknya merencanakan pertemuan di Istanbul pada Sabtu untuk memutuskan apakah akan menghadiri pembicaraan perdamaian itu tetapi Dewan Nasional Suriah sebagai anggota kunci blok itu mengacam akan keluar jika hal itu terjadi.

Beberapa kelompok oposisi juga memperingatkan bahwa siapa saja yang ikut konferensi itu akan dicap pengkhianat.


Penerjemah: Mohamad Anthoni

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013