Di mana pada kegiatan ini peserta diberikan challenge untuk bisa beraktivitas fisik secara rutin selama satu bulan penuh dengan tiga pilihan yaitu berjalan, berlari, dan bersepeda
Jakarta (ANTARA) - Direktur Kesehatan Usia Produktif dan Lanjut Usia Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Nida Rohmawati mengatakan kegiatan Virtual Sport diadakan guna mempromosikan aktivitas fisik di kalangan masyarakat agar masyarakat tetap produktif.

"Di mana pada kegiatan ini peserta diberikan challenge untuk bisa beraktivitas fisik secara rutin selama satu bulan penuh dengan tiga pilihan yaitu berjalan, berlari, dan bersepeda," ujarnya dalam webinar "Hari Aktivitas Fisik Sedunia 2024: Mindset Aktif" yang disiarkan di Jakarta, Selasa.

Dalam kegiatan itu, lanjutnya, ada sejumlah target yang ditetapkan, misalnya 7.000 langkah per hari, lari 50 km, bahkan 1000 km dalam sebulan. Kegiatan tersebut diselenggarakan sejak 26 Februari 2024 hingga Maret, diikuti 1.738 orang dari 34 provinsi.

Menurutnya, upaya-upaya untuk memotivasi dan mendorong kegiatan fisik sejalan dengan kebijakan Rencana Aksi Global tentang Aktivitas Fisik (Global Action Plan for Physical Activity/GAPA) dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Selain itu, kata dia, aktivitas fisik yang dilakukan secara terukur dan teratur dapat membuat seseorang bugar, dan akhirnya meningkatkan produktivitas seseorang.

Baca juga: Kiat mengolah tubuh yang ideal agar tetap bugar

"Aktivitas yang dilakukan secara baik, benar, terukur, dan teratur, dapat menciptakan kondisi kesehatan, kebugaran, dan akhirnya dapat meningkatkan produktivitas bagi pekerja, prestasi bagi anak sekolah, dan kemandirian bagi para lanjut usia. Dia masih bisa aktif sendiri, tidak dibantuin sama orang lain," katanya. 

Dengan melakukan aktivitas fisik secara rutin, menurutnya, seseorang tidak mudah terkena penyakit. Selain itu, katanya, apabila orang tidak pernah berolahraga dan malas bergerak, akan rentan terkena penyakit degeneratif karena fungsi dari organ-organ tubuh, misalnya jantung, ginjal, paru, dan sebagainya, mengalami penurunan.

"Agar masyarakat kita sehat, selain dari aktivitas fisik, cek kesehatan secara rutin, makan dengan makanan berisi seimbang, cukup tidur, enyahkan asap rokok, kemudian kelola stres. Jangan lupa bahagia dan orang yang berolahraga nggak ada tuh yang kesal, yang bete, yang marah-marah, pasti bahagia," ucapnya. 

Lebih lanjut dia mengatakan status kesehatan Indonesia terkait aktivitas fisik perlu diperhatikan, karena sejak era pandemi terjadi penurunan karena penggunaan aplikasi daring yang masif.

Baca juga: Kemenkes anjurkan tetap berolahraga saat puasa

Nida mengatakan dari data Riset Kesehatan Dasar pada 2018 yaitu sebelum COVID-19, anak-anak adalah kelompok yang paling tinggi persentasenya dalam penurunan aktivitas fisik yaitu 64,4 persen, remaja 49,6 persen, kemudian diikuti dengan kelompok lanjut usia (lansia) sebesar 47,9 persen.

Dia menjelaskan dengan melakukan olah raga, tulang tidak akan keropos. Menurutnya, apabila dilakukan sejak masa pra-lansia, maka tulangnya akan tetap padat, sehingga tidak mudah keropos atau patah saat terjatuh.

Sedangkan menurut jenis pekerjaan, katanya, Pegawai Negeri Sipil (PNS) serta polisi kurang aktivitas fisik. "Kemudian dari BUMN, itu 36,5 persen kurang aktivitas fisik. Diikuti oleh pegawai swasta 34,3 persen," katanya.

Menurut jenis kelamin, kata Nida, sekitar 36,4 persen laki-laki dan 70,7 persen perempuan di atas 10 tahun kurang berolahraga.

Baca juga: Dokter: Rokok berdampak negatif pada kemampuan jantung saat olahraga

Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2024