Komitmen AZEC sudah matang dan perlu segera ditindaklanjuti melalui terwujudnya beberapa proyek awal.
Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto telah membentuk Satuan Tugas (Satgas) Asia Zero Emission Community (AZEC) dan Satgas Penyiapan Ekosistem Semikonduktor.

Pembentukan kedua satgas baru tersebut diarahkan untuk mengakselerasi mesin ekonomi baru melalui digitalisasi dan industri semikonduktor.

“Komitmen AZEC sudah matang dan perlu segera ditindaklanjuti melalui terwujudnya beberapa proyek awal. Sementara pada pengembangan industri semikonduktor, langkah pertama untuk masuk pada rantai nilai semikonduktor adalah pengembangan logic design, yang membutuhkan SDM yang berkualitas,” kata Menko Airlangga, di Jakarta, Rabu.

Namun demikian, kata Airlangga lagi, upaya peningkatan investasi di bidang semikonduktor juga tetap harus dijalankan secara paralel.

Dalam audiensi dengan kelompok ahli Satgas AZEC dan Satgas Semikonduktor secara virtual, Selasa (2/4), Tim Asistensi Menko Perekonomian Raden Pardede melaporkan perkembangan program AZEC dan pengembangan ekosistem industri semikonduktor.

Pemerintah telah menerbitkan Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 406 Tahun 2023 tentang Satuan Tugas Asia Zero Emission Community Indonesia yang terdiri dari Pengarah, Tim Pelaksana, dan Kelompok Ahli.

Sebelumnya, pada KTT AZEC pada November 2023, telah terjalin 24 kerja sama proyek transisi energi antara Indonesia dengan Jepang yang dituangkan dalam nota kesepahaman (MoU).

Kerja sama tersebut meliputi pelatihan mempromosikan transisi energi, waste to energy, dekarbonisasi, pengembangan transmisi listrik, geotermal, dan amonia hijau.

Pada Satgas Semikonduktor, tugas kelompok ahli sebagaimana tertuang dalam Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 16 Tahun 2024, yakni untuk mengejar terwujudnya industri semikonduktor yang menjadi bagian dari rantai pasok semikonduktor global.

Pemerintah akan menerapkan strategi ganda, yakni penyiapan SDM serta menarik investasi yang akan dilakukan secara paralel.

Duta Besar Indonesia untuk Singapura Suryopratomo menyampaikan tinjauan awal terhadap potensi industri semikonduktor di Indonesia untuk memusatkan perhatian pada peningkatan kualitas SDM, guna memenuhi kebutuhan tenaga terampil dan tenaga ahli di masa mendatang.

"Industri semikonduktor merupakan jenis industri yang baru dan menjanjikan," kata Suryopratomo pula.

Menurutnya, Pemerintah Indonesia sebaiknya segera memulai beberapa inisiatif untuk memenuhi kurangnya SDM ahli dalam bidang-bidang yang relevan dalam industri semikonduktor, seperti kimia organik dan biomolekuler.

Salah satu strategi untuk meningkatkan jumlah SDM dengan keahlian yang relevan terhadap industri semikonduktor yakni kerja sama internasional dalam bidang pendidikan.

Berkaitan dengan strategi tersebut, Dubes RI untuk Jerman Arief Havas Oegroseno menyampaikan peluang mahasiswa Indonesia yang sedang maupun sudah selesai mengenyam pendidikan di bidang studi relevan dengan industri semikonduktor untuk meneruskan studinya di Jerman.

“Beberapa universitas yang memiliki hubungan baik dengan Kedutaan Besar Indonesia di Berlin menghubungi kami untuk menawarkan kesempatan bagi para akademisi di Indonesia untuk melanjutkan studinya,” ujarnya.

Mewakili Pemerintah Indonesia, Kedubes RI di Jerman akan bekerja sama dengan Kementerian/Lembaga (K/L) dan institusi pendidikan terkait untuk meningkatkan jumlah SDM ahli di Indonesia dalam bidang industri semikonduktor melalui pendidikan lanjutan.

Lebih lanjut, Ketua Indonesia Chip Design Collaborative Center (ICDeC) Profesor Trio Adiono dari Institute Teknologi Bandung (ITB) menambahkan bahwa ICDeC sudah menginisiasi beberapa kegiatan yang akan mengarah pada investasi Design House di Indonesia, dengan target akhir akan membangun Qualcomm Indonesia.

“Terkait pembangunan SDM di Indonesia terdapat konsorsium yang dikelola oleh 13 universitas dan industri. Tahun ini menargetkan 100 orang akan dilatih sebagai SDM mumpuni semikonduktor,” ujar Profesor Trio.

Saat ini ICDeC mencoba membangun hubungan kerjasama dengan pusat riset dengan dibantu oleh Kementerian Luar Negeri, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, serta LPDP.
Baca juga: Presiden Jokowi paparkan panduan AZEC hadapi perubahan iklim
Baca juga: Indonesia dapat dukungan Jepang untuk 24 proyek transisi energi

Pewarta: Bayu Saputra
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2024