Jakarta (ANTARA) - Harita Nickel, perusahaan pertambangan dan pemrosesan nikel, akan segera pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) berkapasitas 300 megawatt peak (MWp) pada tahun ini di kawasan pengolahan nikel terintegrasi di Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara.

Direktur Utama Harita Nickel, Roy Arman Arfandy, dalam temu media di Jakarta, Rabu, mengatakan bahwa langkah ini merupakan salah satu upaya perusahaan dalam menjaga kelestarian lingkungan dan mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil.

Roy mengatakan pembangunan PLTS tahap pertama Harita Nickel dengan kapasitas 40MWp telah memasuki proses tender.

“PLTS 300MW ini kami harapkan akan selesai pada tahun 2025,” katanya.

Roy menyebut Harita Nickel saat ini masih sangat bergantung pada PLTU batu bara untuk memenuhi kebutuhan operasional mereka. PLTU ini mencapai 960MWp.

Selain rencana pembangunan PLTS, Roy mengatakan perusahaannya juga telah melakukan beberapa inisiatif lain untuk mengurangi penggunaan batu bara, seperti menggunakan minyak jelantah untuk memanaskan boiler yang ada di pabrik dan memasang panel surya di perumahan dan mes karyawan di Pulau Obi.

“Ini (PLTS) akan sangat berdampak kepada pengurangan emisi karbon karena PLTS tentu akan mengurangi penggunaan batu bara,” ujarnya.

Ketika ditanyai soal perkiraan biaya, dia belum bisa memberikan jawaban pasti karena, kata dia, proyeknya masih dalam tahap pembangunan.

PT Trimegah Bangun Persada (NCKL) atau Harita Nickel merupakan bagian dari Harita Group yang mengoperasikan pertambangan dan pemrosesan nikel terintegrasi di Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara.

Selain izin usaha pertambangan, sejak 2016 perusahaan ini telah memiliki pabrik peleburan (smelter) bijih nikel saprolit, dan juga memiliki fasilitas pengolahan dan pemurnian (refinery) bijih nikel limonit di wilayah operasional yang sama sejak 202.

Harita Nickel juga memiliki smelter baru yakni PT Halmahera Jaya Feronikel (HJF), yang merupakan fasilitas peleburan saprolit (bijih nikel kadar tinggi) berbasis pirometalurgi (RKEF) yang menghasilkan feronikel, serta PT Halmahera Persada Lygend (HPL), yang merupakan fasilitas pemurnian limonit (bijih nikel kadar rendah) berbasis hidrometalurgi (HPAL) untuk menghasilkan bahan baku baterai kendaraan listrik.

Baca juga: Harita Nickel bukukan laba RpRp5,62 triliun pada 2023, naik 20 persen

Baca juga: Harita Nickel buka peluang ekspor nikel ke Korea dan Jepang


Pewarta: Shofi Ayudiana
Editor: Nurul Aulia Badar
Copyright © ANTARA 2024