Peningkatan lebih lanjut dalam performa sektor manufaktur dapat dilakukan salah satunya dengan memperluas kebijakan Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) untuk semua sektor industri.
Jakarta (ANTARA) - Kinerja manufaktur Indonesia mencatatkan ekspansi selama 31 bulan berturut-turut, menurut Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita.

Ekspansi yang signifikan khususnya disebabkan oleh lonjakan arus permintaan baru yang mencapai rekor tertingginya sejak Agustus 2023. Hal itu terutama didorong oleh permintaan domestik, meskipun penjualan di pasar internasional menurun. Kenaikan permintaan baru ini mendorong pabrik-pabrik untuk meningkatkan produksinya.

Menurut Menperin Agus, peningkatan lebih lanjut dalam performa sektor manufaktur dapat dilakukan salah satunya dengan memperluas kebijakan Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) untuk semua sektor industri. HGBT ini merupakan kebijakan penyediaan harga gas murah bagi industri yang sudah berlangsung sejak 2020 namun hanya terbatas di tujuh sektor industri saja. Harga gas ditetapkan maksimal enam dolar AS (1 dolar AS = Rp15.909) per juta unit termal Inggris (MMBtu).

"Apabila semua sektor industri bisa mendapatkan harga gas yang kompetitif, tentu akan memberikan efek berganda (multiplier effect) bagi perekonomian nasional dan mendongkrak daya saing produk industri kita," kata Agus.

Agus menilai kebijakan ini telah memberikan banyak dampak positif seperti peningkatan penerimaan pajak, peningkatan investasi, ekspor, hingga penurunan subsidi untuk pupuk. Kementerian Perindustrian RI merekomendasikan sekitar 140 perusahaan untuk dapat ikut memperoleh manfaat kebijakan gas murah ini. 

 

Pewarta: Xinhua
Editor: Indra Arief Pribadi
Copyright © ANTARA 2024