Dia mengatakan Ramadhan tidak hanya menjadi perayaan umat Islam, tetapi banyak serangkaian acara sahur hingga berbuka puasa juga ikut diramaikan umat beragama lainnya sehingga hubungan antarmasyarakat beragama pun sangat cair.
"Kita lihat sendiri ada fenomena war takjil yang secara langsung mendorong adanya interaksi antarmasyarakat. Di banyak lingkungan perkantoran pun demikian, banyak yang difasilitasi untuk berbuka puasa bersama oleh perusahaannya walaupun pimpinannya bukan Muslim," kata Zubaidi dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Sabtu.
Dia bercerita bahwa dirinya pernah diundang untuk menghadiri acara buka puasa bersama yang diselenggarakan sebuah perusahaan yang dimiliki non-Muslim.
Terlepas dari apa pun agama atau tingkat jabatan yang diembannya, menurut Zubaidi, mereka semua ikut serta mendatangi acara buka puasa bersama itu.
Ketika adzan magrib berkumandang, semuanya ikut serta menyantap hidangan yang ada, termasuk mereka yang non-Muslim juga ikut berbuka.
Dia menilai hal itu merupakan sebuah fenomena yang luar biasa. "Kita ini memang sungguh luar biasa kehidupan toleransi antar agamanya. Umat islam yang berpuasa bisa menghormati yang non-Muslim, begitu pun sebaliknya," katanya.
Menurut dia, adanya fenomena-fenomena itu menjadi cerminan bahwa pada tataran masyarakat umum tidak ada masalah yang berarti. Hubungan masyarakat antarberagama pun tidak saling curiga karena sudah terbiasa untuk hidup saling berdampingan.
Demi menjaga keberlangsungan lingkungan masyarakat yang damai dan toleran, Zubaidi juga mengimbau untuk tetap waspada pada gerakan yang menyerukan ideologi atau pemahaman transnasional, yang biasanya menyelipkan aspek intoleransi dalam dakwah agamanya.
"Mudah-mudahan dengan semangat kemanusiaan yang menggelora, perayaan Idul Fitri ini akan menjadikan kehidupan kita semakin bahagia, sejahtera, tentram dan semakin damai," katanya.
Pewarta: Bagus Ahmad Rizaldi
Editor: Didik Kusbiantoro
Copyright © ANTARA 2024