Papua bisa jadi menjadi contoh bagaimana cara memelihara nilai-nilai persaudaraan,
Sentani (ANTARA) - Idul Fitri 1445 Hijriah dirayakan umat Islam di seluruh dunia termasuk di Papua. Kumandang takbir terdengar dari berbagai masjid maupun surau, termasuk di Kabupaten Jayapura.

Suara takbir, tahmid, dan tahlil yang menggema dari pelantang (loud speaker) masjid di Kabupaten Jayapura maupun di Provinsi Papua tidak dirasakan mengganggu oleh umat Nasrani, yang merupakan mayoritas di tanah Papua. Gema takbir tersebut seolah  memberikan nuansa religi bagi seluruh masyarakat untuk bersama-sama merayakan hari raya umat Islam itu.

Puluhan pemuda Nasrani baik itu Protestan maupun Katolik bersama-sama dengan anak muda Muslim ikut membantu mengamankan pelaksanaan malam takbiran yang berlangsung meriah di Masjid Agung Al-Aqsha Sentani.

Di tengah deras hujan malam itu, pemuda-pemuda Nasrani berbadan tegap berdiri di depan masjid sambil mengatur arus lalu lintas. Mereka dengan sigap mengamankan saudara-saudara Muslim yang sedang melaksanakan takbiran.

Suatu pemandangan yang menyentuh sekaligus menyejukkan di Papua. Kerukunan antarumat beragama begitu terasakan pada malam itu.

“Papua bisa jadi menjadi contoh bagaimana cara memelihara nilai-nilai persaudaraan,” kata tokoh masyarakat Adat Papua Yanto Eluay.


Bagikan koran bekas

Wujud kerukunan itu juga tampak ketika orang asli Papua atau OAP yang beragama Nasrani memberikan koran bekas kepada saudara-saudara Muslim yang hendak melaksanakan Shalat Idul Fitri 1445 Hijriah di Masjid Agung Al-Aqsha Sentani pada Rabu (10/4). Koran-koran bekas itu biasa digunakan sebagai alas untuk menggelar sajadah.

Saat takbir Allahuakbar masih berkumandang,  saudara-saudara Nasrani membagikan koran bekas di depan pintu masuk Masjid Agung Al-Aqsha Sentani. Meski nilai materinya tak seberapa, ketulusan memberi itu merupakan wujud konkret  kerukunan dan toleransi.

Masjid Agung Al-Aqsha Sentani berkapasitas kurang lebih 2.000 orang, namun jamaah yang datang untuk menunaikan Shalat Idul Fitri sekitar 3.000-3.500 orang. Karena di bagian dalam tidak mampu menampung jamaah maka halaman masjid samping kiri, kanan, dan depan menjadi alternatif untuk tempat melaksanakan shalat.

Di halaman inilah koran-koran bekas berguna sebagai alas sajadah.

Di Kabupaten Jayapura, Kota Jayapura, dan Kabupaten Keerom pada Selasa (9/4) malam memang diguyur hujan sehingga halaman masjid masih basah. Sebagian sudah disemen, namun beberapa titik becek karena belum sempat disemen.

Alhasil, koran-koran bekas yang disodorkan umat Nasrani itu menjadi simbol persaudaraan, kemanusiaan, toleransi, dan kerukunan antarumat beragama. Saudara-saudara umat Nasrani itu seolah sudah tahu bahwa umat Muslim membutuhkan koran bekas sebagai alas untuk ditaruh di bawah sajadah.

Meski mereka tidak meminta, kadang ada  jamaah ada yang memberikan uang kepada mereka yang memberikan koran bekas. Mereka sejak pagi telah menunggu di depan masjid untuk memberikan koran bekas kepada jamaah Shalat Idul Fitri.

“Koran bekas ini sangat membantu karena kalau tidak ada maka sajadah akan basah dan shalat pun kemungkinan kurang khusyuk,” kata Muhammad Ikram, seorang jamaah Shalat Idul Fitri 1445 Hijriah di Masjid Agung Al-Aqsha Sentani.


Toleransi yang kuat

Sekitar 10-15 pemuda beragama Kristen Protestan dan Katolik berjaga-jaga mulai pelaksanaan malam takbiran hingga Shalat Idul Fitri pada Rabu (10/4) 2024. Apa yang dilakukan merupakan gambaran bahwa toleransi begitu kuat di Papua, khususnya di Kabupaten Jayapura.

Terlihat mereka berjaga di depan pintu masuk maupun di sudut pintu utama maupun pintu samping untuk memastikan kondisi keamanan dan ketertiban (kamtibmas) benar-benar kondusif. Tidak jarang para pemuda Nasrani ini membantu aparat kepolisian dari Satuan Lau Lintas (Satlantas) Polres Jayapura untuk ikut mengatur arus kendaraan sehingga tidak mengakibatkan kemacetan.

“Adik-adik ini membantu pengamanan pelaksanaan takbiran hingga Shalat Idul Fitri 1445 Hijriah usai. Mereka tahu toleransi itu sangat penting. Saudara-saudara kami umat Islam pun sering membantu pengamanan saat perayaan Natal maupun Paskah,” kata tokoh pemuda Katolik Kabupaten Jayapura Fitus Arung.

Dukungan pemuda Nasrani dalam pengamanan serta kelancaran arus lalu lintas saat malam takbiran hingga pelaksanaan Shalat Idul Fitri mendapat apresiasi dari aparat kepolisian khususnya Satlantas Polres Jayapura.

Dengan dukungan masyarakat maka tugas-tugas kepolisian bisa makin efektif sehingga keamanan dan ketertiban dapat terwujud. Satlantas Polres Jayapura selama pengamanan arus lalu lintas sepanjang arus mudik Lebaran mengerahkan 25 personel.

Personel Satlantas Polres Jayapura ini disiagakan mulai malam takbiran hingga pelaksanaan Shalat Idul Fitri 1445 Hijriah. Selain itu, personel Satlantas juga membantu mengatur arus lalu lintas di beberapa titik jalan protokol wilayah Sentani yang mengalami banjir.

“Pengamanan ini untuk membantu masyarakat supaya arus lalu lintas lancar selama mudik Lebaran,” kata Kepala Satuan Lalu Lintas Polres Jayapura AKP Baharudin Buton.

Menyikapi masalah keamanan dan ketertiban masyarakat selama Lebaran, Polres Jayapura menyiagakan 50 personel yang dibagi dalam lima Pos Operasi Ketupat Cartenz 2024. Lima pos pengamanan selama Lebaran diantaranya Pos Hawai, Pasar Lama, Borobudur, Pasar Baru, dan Pos Pengamanan Terpadu Bandara Sentani.

Selain personel kepolisian yang bertugas di Pos Operasi Ketupat Cartenz 2024, ada juga petugas Dinas Perhubungan, anggota Orari, RAPI, Satpol PP, dan Public Safety Center (PSC) 119 Hasale Hakhoisobo Dinas Kesehatan Kabupaten Jayapura.

“Masyarakat ketika memperoleh masalah dan hambatan dapat menghubungi Pos Pengamanan  Lebaran,” kata Kapolres Jayapura AKBP Fredrickus WA Maclarimboen.

Umat Islam pun bersyukur dengan tingkat toleransi yang tinggi di Kabupaten Jayapura selama perayaan Idul Fitri 1445 Hijriah.

Apa yang telah ditunjukkan oleh saudara-saudara OAP dan pemuda Nasrani patut dipelihara agar kebersamaan antarumat  beragama tetap terpelihara dengan baik.

“Saya mewakili Muslim di Kabupaten Jayapura menyampaikan terima kasih kepada masyarakat Papua dan pemuda Kristen yang membantu melancarkan pelaksanaan  Lebaran,” kata Ketua Panitia Peringatan Hari-Hari Besar Islam (PHBI) Kabupaten Jayapura Nurdin Sanmas.

Toleransi antarumat beragama sejatinya merupakan pondasi untuk menjaga kesatuan dan persatuan di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Rambut keriting, rambut lurus, kulit hitam, kulit putih, Kristen, Islam, Buddha, Hindu, maupun Konghucu harus saling menjaga dan melindungi antarsesama, demi terciptanya kehidupan berbangsa dan bernegara yang harmonis.



 

Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024