Beijing (ANTARA) - Presiden Xi Jinping, Selasa, bertemu dengan Kanselir Jerman Olaf Scholz di Wisma Negara Diaoyutai, Beijing, di tengah kekhawatiran Uni Eropa akan industri mereka yang tidak dapat bersaing di Tiongkok karena adanya hambatan perdagangan dan kelebihan kapasitas industri China.

"Kerja sama yang saling menguntungkan antara China dan Jerman bukanlah 'risiko', melainkan jaminan bagi hubungan bilateral yang stabil dan sebuah peluang di masa depan," kata Presiden Xi Jinping dalam keterangan tertulis di media pemerintah pada Selasa.

Menurut Xi, terdapat potensi besar dari kerja sama kedua negara baik di sektor tradisional seperti permesinan dan otomotif, maupun di bidang baru seperti teknologi ramah lingkungan, bidang digital, hingga perkembangan kecerdasan buatan.

"Penting bagi kedua negara mendorong prinsip 'win-win' dalam hubungan dan memungkinkan satu sama lain untuk berhasil," kata Presiden Xi.

Ekspor kendaraan listrik, baterai litium, hingga teknologi tenaga surya yang tidak hanya untuk pasokan global dan mengurangi tekanan inflasi global, namun juga berkontribusi terhadap penanganan perubahan iklim dan transisi ke teknologi rendah karbon, jelas Presiden Xi.

Baik China maupun Jerman, menurut Presiden Xi, adalah dua negara yang dibangun dengan mendasarkan ekonominya pada industri dan kedua negara juga sama-sama mendukung perdagangan bebas dan globalisasi ekonomi.

"Penting bagi kedua negara untuk tetap waspada terhadap bangkitnya proteksionisme, menerapkan pandangan objektif, dan membuka dialog mengenai masalah kapasitas dari perspektif pasar global dan mau lebih mengupayakan diskusi soal kerja sama," katanya.

Presiden Xi menambahkan, China berpegang pada kebijakan ekonomi terbuka dan berharap Jerman juga dapat menyediakan lingkungan bisnis yang adil, transparan, terbuka, dan tidak diskriminatif bagi perusahaan China di Jerman.

Data statistik Pemerintah Federal Jerman pada Februari 2024 menunjukkan, China adalah mitra dagang nomor satu Jerman selama delapan tahun terakhir.

Namun, perdagangan bilateral China-Jerman turun 8,7 persen pada 2023 menjadi 206,8 miliar dollar AS berdasar data bea cukai sedangkan ekspor China ke Jerman turun 13 persen dalam satu tahun terakhir sebesar 100,6 miliar dollar AS.

Kunjungan Kanselir Scholz berlangsung meski Uni Eropa menyebut industri mereka tidak dapat bersaing di China karena adanya hambatan perdagangan dan kelebihan kapasitas industri China.

Pada Oktober 2023, Uni Eropa memulai penyelidikan dugaan subsidi mobil listrik oleh Pemerintah China terhadap industri otomotifnya sehingga menyebabkan produk sejenis dari Uni Eropa tersisih di pasar Eropa sendiri.

Sebelum bertemu Presiden Xi, Kanselir Scholz telah pun mengunjungi industri Jerman di Kota Chongqing pada Minggu (14/4).

Kemudian, pemimpin Jerman itu melanjutkan agenda kunjungannya di Shanghai dengan bertemu mahasiswa  Universitas Tongji sebelum bertolak ke Beijing pada Senin (15/4) malam waktu setempat.

Baca juga: Kanselir Jerman saksikan perubahan pembangunan di China
Baca juga: Kanselir Jerman puji kerja sama teknologi hidrogen Jerman-China

 

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Rahmad Nasution
Copyright © ANTARA 2024