Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis bedah toraks kardiak dan vaskular dari RSUP Fatmawati Jakarta menyampaikan bahwa pajanan produk-produk yang menghasilkan asap bisa menimbulkan risiko kanker paru-paru.

"Selain produk tembakau dari rokok, shisha juga bikin kanker, dry snuff, yang dibakar-bakar untuk wangi-wangi ruangan, itu sama, ada komponen yang menyebabkan tumor dan kanker," kata dr. Ermono Superaya Sp. BTKV dalam acara diskusi kesehatan di Jakarta, Kamis.

Ia mengatakan bahwa asap yang keluar dari produk-produk yang dibakar mengandung zat karsinogenik atau teratogenik yang bisa menyebabkan tumor paru-paru.

Menurut dia, asap yang terhirup dapat menyebabkan kerusakan sel tubuh, membuat sel tidak dapat membelah secara optimal, sehingga membesar dan menyebabkan tumor.

Selain itu, ia mengatakan, kinerja paru-paru juga akan menurun kalau terus dipacu untuk menghilangkan asap di dalam tubuh.

"Normalnya sel dalam tubuh membelah secara normal, tidak berlebihan. Kalau berlebihan bisa membesar, jadinya tumor. Karena dirusak terus dengan rokok, jadi membelahnya tidak efektif, jadi paru sudah lelah karena dipacu terus," ia menjelaskan.

Baca juga: BRIN kembangkan terapi kanker paru-paru pakai nanopartikel zirkonium
Baca juga: Vape dan rokok sama-sama timbulkan risiko kanker paru-paru


Ermono mengatakan, orang yang terserang kanker paru-paru bisa mengalami sesak napas, batuk berdarah, sirkulasi nafas tidak nyaman, hingga tidak bisa bangun dari tempat tidur.

Namun, menurut dia, pasien seringkali tidak menyadari gejala-gejala tersebut sehingga kanker paru-paru baru diketahui pada stadium akhir.

Ia menganjurkan orang yang biasa merokok, bekerja di pertambangan, bekerja di daerah dengan tingkat polusi udara tinggi, dan keluarganya punya riwayat kanker untuk menjalani pemeriksaan kesehatan agar masalah kesehatannya bisa dideteksi sedini mungkin.

"Diagnosa sedini mungkin. Kalau merokok medical check up sekali untuk foto rontgen, kedua stop rokok. Kalau sudah ketemu tumor, dioperasi sederhana, ambil tumornya. Kalau tumor sudah besar dan kemana-mana harus kemoterapi, radiasi, dan minum obat," kata Ermono.

Ia menambahkan, deteksi dini kanker bisa memperpanjang angka hidup sekitar 10 sampai 20 tahun.

Ermono juga menyarankan orang yang sering terpapar asap karena kondisi lingkungan untuk menghindari asap rokok dari perokok aktif, berolahraga untuk melatih nafas, menghindari pajanan produk-produk yang dibakar, mengonsumsi makanan kaya antioksidan, dan menghindari stres.

Baca juga: Dokter: Perokok pasif miliki 4 kali lipat risiko terkena kanker paru-paru
Baca juga: Kemenkes: Tiap tahun ada 34 ribu kasus kanker paru-paru di Indonesia

Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2024