Kemitraan dan dukungan global sangat penting dalam mendapat pendanaan signifikan untuk infrastruktur dan teknologi
Abu Dhabi (ANTARA) - Indonesia menekankan agar negara-negara maju berkontribusi lebih banyak dalam mendukung negara berkembang untuk menciptakan teknologi bersih, mengalirkan pendanaan hijau dan murah, serta pertukaran pengetahuan dalam bidang energi terbarukan.

Indonesia yang diwakili Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM RI Dadan Kusdiana, menyampaikan hal tersebut sebagai intervensinya pada sidang majelis umum ke-14 Badan Energi Internasional (IRENA), Abu Dhabi, UEA, Kamis.

Indonesia juga mendorong agar negara maju dan aktor global dapat berperan lebih untuk memastikan proses transisi energi berjalan baik dan adil. Dengan demikian, transformasi dari energi fosil ke ramah lingkungan dapat memastikan dampak positif bagi masa depan iklim yang lebih hijau dan memiliki resiliensi.

“Kemitraan dan dukungan global sangat penting dalam mendapat pendanaan signifikan untuk infrastruktur dan teknologi. Negara-negara maju dan aktor global diharapkan memiliki lebih banyak kontribusi untuk mendukung negara-negara berkembang, emerging countries dalam hal teknologi yang lebih bersih,” kata Dadan.

Menurut Dadan, hingga saat ini tantangan teknologi dan investasi masih membayangi jalan pengembangan energi terbarukan.

Indonesia, kata Dadan, sebagaimana Enhanced-Nationally Determined Contribution (E-NDC), menargetkan pengurangan emisi karbon secara total dari 29 persen atau 835 juta ton CO2 menjadi 32 persen atau 912 juta ton CO2 pada 2030. Indonesia juga terus mengakselerasi program transisi energi dengan target mencapai nol emisi pada 2060 atau lebih awal.

“Selama upaya terus berlangsung, untuk mengembangkan energi terbarukan, Indonesia juga melihat pembangunan hidrogen hijau sebagai bagian penting,” kata dia.

Dalam forum itu, Dadan juga mengungkapkan Indonesia juga berusaha untuk mengoptimalkan pengembangan dan penggunaan mineral kritikal di wilayah energi bersih.

"Kami memahami kepentingan agar mineral kritis sebagai asas untuk pengembangan ekonomi dan teknologi di wilayah energi bersih," ujar dia.

Hal yang juga ditekankan Indonesia adalah upaya untuk mengembangkan energi terbarukan menjadi lebih kompetitif dalam hal biaya dan efektivitas karena momentum mengenai transisi energi global.

Direktur Jenderal IRENA Fransisco La Camera saat menjawab ANTARA, usai pelaksanaan pleno sidang umum ke-14 IRENA, menyampaikan bahwa Pemerintah Indonesia sudah memiliki peraturan dan instrumen untuk mempercepat transisi energi dan mengembangkan energi terbarukan.

Ia mengatakan menyukai peraturan dan instrumen itu, seraya menambahkan bahwa Indonesia mungkin secara tradisional memiliki ketergantungan terhadap batu bara. Karena itu Indonesia memang harus menggunakan “jalurnya” dalam melakukan transisi.

“Mereka juga memiliki contoh menarik dari komunitas energi dan komunitas lain yang kami sambut baik,” katanya.

Direktur Jenderal IRENA Fransisco La Camera pada sidang majelis umum ke-14 Badan Energi Internasional (IRENA), Abu Dhabi, UEA, Rabu (17/4/2024). ANTARA/Indra Arief Pribadi.

Camera dalam sambutannya di awal sidang umum, menyampaikan bahwa investasi untuk teknologi dan infrastruktur dalam pengembangan energi terbarukan memang masih tertinggal dan belum mendukung peningkatan kapasitas energi ramah lingkungan itu.

Infrastruktur dan teknologi menjadi hal krusial dalam mendukung percepatan transisi energi, termasuk target peningkatan tiga kali lipat energi terbarukan global pada 2030 untuk menjaga peningkatan suhu bumi tidak melebihi 1,5 derajat celcius.

“Dari tahun ke tahun, meskipun kami melihat adanya kemajuan namun hal tersebut belum cukup memenuhi kebutuhan. Investasi dalam mendukung teknologi dan infrastruktur juga masih tertinggal,” ujar dia.

IRENA mencatat kapasitas energi terbarukan di global meningkat pesat pada 2023 dengan penambahan 473 GW secara tahunan. Namun peningkatan itu dirasa belum cukup untuk mencapai target energi terbarukan terpasang di 2030 sebesar 11.000 GW atau 11 TW. Target peningkatan kapasitas energi terbarukan itu untuk menjaga ambang batas 1,5 derajat celcius kenaikan suhu bumi.


Baca juga: IRENA sambut baik upaya Indonesia dalam akselerasi transisi energi

Baca juga: Indonesia tekankan komitmen untuk energi bersih di Sidang Umum Irena

Baca juga: RI: Negara berkembang seharusnya didukung penuh pacu energi terbarukan


Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2024