Jakarta (ANTARA) - Dewan Bisnis Kanada-ASEAN (CABC) dan Aliansi Pasar Karbon ASEAN (AACM) mengumumkan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) untuk memperkuat kolaborasi sekaligus mempercepat implementasi program pemberian kredit karbon di Asia Tenggara.

"CABC percaya kolaborasi antara sektor publik dan swasta bersama komunitas internasional adalah kunci mengatasi krisis iklim dengan efektif. Bergabungnya AACM, CABC dan komunitas Kanada-ASEAN secara lebih luas dapat memaksimalkan dampak kami dan mempercepat transisi menuju masa depan berkarbon rendah bagi wilayah ASEAN," kata Presiden CABC Wayne Farmer dalam siaran pers CABC di Jakarta, Kamis.

MoU tersebut disahkan pada acara "Canada & ASEAN: Canada & ASEAN: Building Stronger Bridges for Mutual Growth" yang diselenggarakan CABC bersama Sekretariat ASEAN di Jakarta, Kamis, seraya merayakan pengakuan CABC sebagai entitas pertama dan satu-satunya dari Kanada yang diakreditasi ASEAN.

Acara itu dihadiri Sekretaris Jenderal ASEAN Kao Kim Hourn, Duta Besar Kanada untuk ASEAN Vicky Singmin dan Mantan Dubes Kanada untuk ASEAN sekaligus Direktur Eksekutif perdana Kantor Pertanian & Pangan Indo-Pasifik Diedrah Kelly.

Perwakilan dari negara-negara anggota ASEAN seperti Perwakilan Tetap Republik Demokratik Rakyat Laos untuk ASEAN Bovonethat Douangchak, Ketua Dewan Penasehat Bisnis ASEAN (ASEAN-BAC) Oudet Souvannavong, Wakil Ketua ASEAN-BAC Indonesia Bernardino Vega serta sejumlah tokoh terkemuka dan pemimpin bisnis dari komunitas Kanada-ASEAN turut hadir dalam acara tersebut.
Baca juga: Airlangga: Ekonomi hijau jadi sumber baru pertumbuhan berkelanjutan

Bernardino mengatakan ASEAN-BAC selalu antusias untuk mempertahankan hubungan yang lebih kuat dengan mitra dialog Asia Tenggara, seperti Kanada.

"Kemitraan konkret dalam mengembangkan pembangunan berkelanjutan di wilayah ini adalah kunci untuk pertumbuhan masa depan ASEAN. Kami menyambut baik lebih banyak inisiatif antara CABC dan proyek kami yang sudah ada, Aliansi ASEAN tentang Pasar Karbon. Biarkan bisnis berkembang seiring dengan perlindungan lingkungan dan keanekaragaman hayati regional," katanya.

Sementara itu, Ketua Permanen AACM Dharsono Hartono yang juga hadir pada kesempatan itu mengaku sangat senang untuk menyatukan kemitraan dengan Canada-ASEAN Business Council.

"Bersama-sama, kami akan bekerja membangun masa depan yang lebih berkelanjutan dengan memanfaatkan kekuatan pasar karbon untuk mendorong aksi iklim dan pembangunan ekonomi di Asia Tenggara," katanya.
Baca juga: Kadin optimistis Indonesia pimpin pasar karbon di ASEAN

Penandatanganan MoU tersebut menegaskan peran kritis kolaborasi dalam mengatasi tantangan akibat perubahan iklim, yang memberikan peluang bagi pemerintah dan entitas sektor swasta untuk terlibat dalam kemitraan internasional melalui mekanisme yang didorong pasar.

Hal itu merupakan tonggak penting dalam upaya bersama untuk mengatasi perubahan iklim dan memajukan tujuan yang diuraikan dalam Pasal 6 Perjanjian Paris yang diadopsi dalam Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP21) pada tahun 2015, demikian menurut pernyataan.

CABC dan AACM akan bekerja secara kolaboratif dengan fokus pada enam area utama termasuk pasokan dan generasi, intermediasi pasar, permintaan dan jaminan, pasokan dan generasi, kolaborasi Acara, serta advokasi dan kepemimpinan pemikiran.

Melalui kemitraan tersebut, kedua belah pihak bertujuan membina ekosistem regional dan berfungsi sebagai titik fokus bagi kemitraan internasional.

Adapun kegiatannya akan mencakup pembangunan kapasitas, bantuan teknis, pertemuan tingkat eksekutif, advokasi kebijakan, dan promosi serta roadshow untuk memperluas Pasar Karbon Sukarela di seluruh ASEAN dan mendukung implementasi pasar kepatuhan di wilayah tersebut.

Baca juga: RI gandeng pemuda ASEAN kelola 17 ribu GW potensi EBT
Baca juga: Menteri ASEAN sepakati interkonektivitas energi di Asia Tenggara

Baca juga: Menko Airlangga: ASEAN perlu bersatu dalam perdagangan karbon

Pewarta: Asri Mayang Sari
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2024