Jakarta (ANTARA) - Presiden Komite Olimpiade Internasional (IOC) Thomas Bach mengatakan kecerdasan buatan (AI) dapat dimanfaatkan untuk mengidentifikasi atlet berbakat serta menunjang performa atlet.

“AI dapat membantu mengidentifikasi atlet dan talenta di seluruh penjuru dunia. AI juga dapat memberikan akses lebih banyak kepada atlet terhadap metode pelatihan yang dipersonalisasi, peralatan olahraga yang unggul, dan program yang lebih individual agar tetap bugar dan sehat,” kata Bach, dikutip dari laporan AFP pada Sabtu.

Lebih lanjut, Bach menilai gerakan Olimpiade perlu memimpin perubahan seiring dengan semakin cepatnya revolusi global terhadap AI.

“Hari ini kita mengambil langkah lain untuk memastikan keunikan Olimpiade dan relevansi olahraga, dan untuk melakukan hal ini, kita harus menjadi pemimpin perubahan, bukan objek perubahan,” kata Bach.

Mantan peraih medali emas anggar ini mengatakan sangat penting untuk memiliki pendekatan “holistik” untuk menciptakan “strategi keseluruhan untuk AI dan olahraga”.

“Tidak seperti sektor lainnya, kita dalam olahraga tidak dihadapkan dengan pertanyaan eksistensial, soal apakah AI akan menggantikan (peran) manusia,” kata Bach.

Baca juga: Rusia kecam seruan IOC agar atlet tidak ikut Friendship Games

“Dalam olahraga, penampilan harus selalu dibawakan oleh para atlet. Lari 100 meter harus selalu dijalankan oleh seorang atlet yang merupakan seorang manusia. Oleh karena itu, kita dapat berkonsentrasi pada potensi AI untuk mendukung para atlet,” ujarnya menambahkan.

Selain itu, Bach mengatakan keuntungan lain dari AI adalah termasuk penilaian yang lebih adil, pengamanan yang lebih baik, dan pengalaman penonton yang lebih baik.

Adapun agenda AI Olimpiade berasal dari kelompok kerja AI IOC, yang merupakan sebuah panel tingkat tinggi yang terdiri dari para pakar global termasuk pionir dan atlet AI, yang dibentuk tahun lalu.

Ketika ditanya tentang potensi negatif AI, Bach menekankan pentingnya kebebasan memilih dalam olahraga.

“Dia (atlet) tetap punya kebebasan memilih. Jadi misalnya, ada seorang pria yang kemudian mungkin diidentifikasi sebagai pegulat yang hebat (oleh AI), harus tetap memiliki kesempatan untuk bermain tenis dan tidak dapat dipisahkan dari olahraga tersebut,” jelas pria asal Jerman itu.

Baca juga: Tekad Prancis gelar Olimpiade yang bersih dari korupsi
Baca juga: Rusia tak berniat boikot Olimpiade Paris


Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Eka Arifa Rusqiyati
Copyright © ANTARA 2024