Mamuju (ANTARA) - Aktivis lingkungan yang tergabung dalam Komunitas Laut Biru Kabupaten Polewali Mandar Provinsi Sulawesi Barat, menggelar aksi sampling sampah dalam rangka memperingati Hari Bumi Sedunia 22 April 2024.

"Peringatan Hari Bumi Sedunia tahun ini kami laksanakan dengan melakukan sampling sampah," kata Ketua Komunitas Laut Biru Polewali Mandar Putra Ardiansyah, Senin.

Hari Bumi Sedunia yang diperingati setiap 22 April, kata Putra Ardiansyah, tahun ini mengangkat tema 'Planet versus Plastic'.

"Tema tahun ini sebagai kampanye untuk mengakhiri penggunaan plastik demi kesehatan manusia dan bumi, dengan menuntut pengurangan 60 persen produksi semua plastik pada 2040," terang Putra Ardiansyah.

Baca juga: DLHK Bulukumba gandeng MAN 1 tanam pohon peringati Hari Bumi

Baca juga: Hari Bumi, komunitas lingkungan buka ruang bagi gugatan sampah


Sejalan dengan tema peringatan Hari Bumi Sedunia tahun ini lanjut Putra Ardiansyah, Komunitas Laut Biru Polewali Mandar melakukan kegiatan sampling sampah dan "brand audit".

Kegiatan tersebut adalah upaya Komunitas Laut Biru untuk menentukan jumlah sampah laut yang ada di sepanjang pesisir Kabupaten Polewali Mandar di tahun 2024.

"Juga kita melakukan brand audit, untuk mengetahui brand dan perusahaan apa saja yang paling banyak menyumbang sampah ke lautan dan pesisir Polewali Mandar," kata Putra Ardiansyah.

Ia mengakui, sulit mengetahui peningkatan jumlah sampah laut sebab belum ada yang menghitung secara ilmiah terkait kenaikan volume sampah di sepanjang pesisir setiap tahunnya.

"Apalagi kalau berbicara tentang Kabupaten Polewali Mandar, siapa yang mau menghitung," katanya.

Tetapi secara nasional kata Putra Ardiansyah, terjadi peningkatan volume sampah.

Hal itu tambahnya, berdasarkan hasil perhitungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada 2020.

"Mengingat luas lautan Indonesia yang totalnya mencapai 3,25 juta kilometer persegi, bisa diperkirakan bahwa jumlah sampah di laut nusantara secara keseluruhan sudah mencapai 5,75 juta ton per tahun. Itu hasil perhitungan KLHK pada 2020," kata Putra Ardiansyah.

Sehingga untuk bisa menentukan perkiraan jumlah sampah, harus dilakukan perhitungan dengan metode ilmiah.

"Model perhitungan seperti itulah yang akan kami lakukan setiap bulan hingga enam bulan ke depan dan kami akan memulai di Hari Bumi ini," kata Putra Ardiansyah.

Dari hasil perhitungan itu nantinya diharapkan bisa menjadi data ilmiah yang bisa digunakan oleh pemerintah sebagai rujukan pembuatan kebijakan terkait pengurangan sampah plastik, utamanya sampah di laut.

Komunitas Laut biru Polewali Mandar akan menjadi lembaga yang pertama kali menghitung sampah laut dalam skala cukup besar.

"Sebelumnya kami sudah pernah lakukan di Pantai Lapeo dan Mampie, dan fakta yang kami dapatkan memang sekitar 68 persen sampah laut didominasi oleh sampah plastik sekali pakai," katanya.

Ia menyampaikan bahwa penyebab timbunan sampah di laut karena fasilitas dan sistem tata kelola yang belum baik, tidak ada upaya pengurangan dan pemilahan.

Komunitas Laut Biru Polewali Mandar kata Putra Ardiansyah berharap pemerintah melakukan upaya edukasi menyeluruh ke seluruh lapisan masyarakat terkait tata kelola sampah yang baik, untuk menghindari pencemaran sampah ke lingkungan sekitar, yang pada umumnya berakhir di sungai dan laut.

"Kegiatan ini akan dilakukan setiap tahun agar kami bisa melihat perbedaan jumlah timbunan sampah setiap tahunnya. Namun, dalam satu tahun, kami harus mengambil setiap bulan datanya selama enam bulan," kata Putra Ardiansyah.*

Baca juga: Aktivis lingkungan Sulsel dukung penanaman pohon di hari bumi 2024

Baca juga: Pemprov Sulsel canangkan penanaman dua juta pohon peringati Hari Bumi

Pewarta: Amirullah
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2024