Subkawasan ini diperkirakan akan tumbuh sebesar 4,6 persen pada tahun 2024 dan 4,7 persen pada tahun 2025, naik dari 4,1 persen pada tahun 2023.
Jakarta (ANTARA) -
Asian Development Bank (ADB) memproyeksikan pertumbuhan di Asia Tenggara akan meningkat, didorong oleh permintaan domestik yang kuat dan pemulihan pariwisata yang berkelanjutan.
 
"Subkawasan ini diperkirakan akan tumbuh sebesar 4,6 persen pada tahun 2024 dan 4,7 persen pada tahun 2025, naik dari 4,1 persen pada tahun 2023," kata ADB dalam laporan tahunan Asian Development Outlook April 2024 di Jakarta, Jumat.
 
Kepala Ekonom ADB Albert Park mengatakan negara-negara berkembang di Asia diproyeksikan akan tumbuh sebesar 4,9 persen pada 2024 dan 2025. Inflasi akan melambat menjadi 3,2 persen pada 2024 dan 3 persen pada 2025.

Baca juga: Core estimasikan ekonomi RI kuartal I 2024 tumbuh 4,9-5,1 persen
 
Indonesia diperkirakan dapat mempertahankan pertumbuhan sebesar 5 persen masing-masing pada 2024 dan 2025, didukung oleh konsumsi swasta yang kuat, belanja infrastruktur publik, dan peningkatan investasi secara bertahap selama jangka waktu perkiraan.
 
Selain permintaan domestik yang kuat, perubahan haluan ekspor barang dagangan yang dimulai pada pertengahan 2024 akan mendorong pertumbuhan di Thailand sebesar 2,6 persen pada 2024 dan 3 persen pada 2025, Vietnam sebesar 6 persen pada 2024 dan 6,2 persen pada 2025, Filipina 6 persen pada
2024 dan 6,2 persen pada 2025, serta Malaysia 4,5 persen pada 2024 dan 4,6 persen pada 2025.
 
Selain itu, pariwisata akan mendukung pertumbuhan jasa, sementara output industri akan bergerak sejalan dengan pemulihan ekspor dan pelonggaran kebijakan moneter.
 
"Pertumbuhan di negara-negara berkembang di Asia akan tetap kuat tahun ini, meskipun terdapat ketidakpastian di lingkungan eksternal," ujarnya.

Baca juga: Ekonom prediksi pertumbuhan ekonomi RI triwulan I dan II lebih tinggi
 
Menurut Albert, para pembuat kebijakan harus memantau beberapa risiko negatif. Meningkatnya konflik dan ketegangan geopolitik dapat mengganggu rantai pasokan dan meningkatkan volatilitas harga komoditas.
 
Risiko-risiko yang terkait dengan arah kebijakan moneter Amerika Serikat, tekanan pada pasar properti di Tiongkok, dan dampak cuaca buruk merupakan titik-titik tekanan lainnya bagi kawasan Asia.
 
Para pengambil kebijakan harus meningkatkan upaya untuk meningkatkan ketahanan dengan terus meningkatkan perdagangan, investasi lintas batas, dan jaringan pasokan komoditas.

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 di atas 5 persen, dengan proyeksi dalam rentang 4,7 persen sampai dengan 5,5 persen.
 
"Optimis bahwa pertumbuhan kita tahun ini Insya Allah bisa sedikit di atas 5 persen, yaitu kisaran 4,7 persen sampai 5,5 persen. Tahun depan Insya Allah bisa naik 4,8 persen sampai 5,6 persen," kata Gubernur BI Perry Warjiyo di Jakarta, Kamis (1/2).

Baca juga: BI perkirakan pertumbuhan ekonomi triwulan I-2024 lebih tinggi
 
Dalam Seminar Starting Year Forum 2024: Stabilitas Moneter di Tengah Dinamika Ekonomi 2024, Perry mengatakan hal yang harus didorong untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi tahun ini adalah pertumbuhan kredit agar bisnis naik, investasi, dan konsumsi.
 
Optimisme tersebut didasarkan pada kinerja perekonomian Indonesia yang terus menunjukkan perbaikan. Pertumbuhan ekonomi 2023 diperkirakan di kisaran 5 persen. Kinerja ekonomi saat ini menurut Perry merupakan salah satu yang terbaik di dunia.
 
Inflasi terus terkendali dalam kisaran sasaran, yang mana pada 2023 inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat sebesar 2,61 secara year on year (yoy), tetap terjaga dalam kisaran target tiga plus minus satu persen. Inflasi tersebut juga merupakan salah satu yang terendah di dunia.
 
"Inflasi Insya Allah terkendali ke sasaran kita 2,5 plus minus satu persen tahun ini dan tahun depan," tuturnya.
 
Indonesia juga mengalami surplus perdagangan sehingga mampu menjaga ketahanan eksternal.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), surplus neraca perdagangan Indonesia pada Maret 2024 meningkat menjadi 4,47 miliar dolar AS.
 
 

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2024