Program yang dihadirkan ini untuk mencegah menyebarluasnya African Swine Fever (ASF) atau lebih dikenal virus demam babi Afrika, yang menyerang ternak babi
Pontianak (ANTARA) - Kementerian Pertanian bersama Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO) dan didukung oleh Ministry of Agriculture, Food and Rural Affairs (MAFRA) Republic of Korea (ROK) meluncurkan program komunitas intervensi biosekuriti demam babi Afrika yang ditujukan bagi peternak babi skala mikro-kecil di Kota Pontianak.

"Program yang dihadirkan ini untuk mencegah menyebarluasnya African Swine Fever (ASF) atau lebih dikenal virus demam babi Afrika, yang menyerang ternak babi," ujar Perwakilan FAO Indonesia Oemi Praptanto di Pontianak, Selasa.

Dalam program yang dinamai Community ASF Biosecurity Intervention (CABI) ditandai dengan penandatanganan pakta integritas oleh Pj Wali Kota Pontianak Ani Sofian bersama FAO .

Baca juga: Pemprov Papua imbau peternak babi lakukan pemeriksaan kesehatan hewan

Oeimi menjelaskan bahwa ASF atau demam babi Afrika merupakan penyakit menular dengan tingkat kematian tinggi yang menyerang ternak babi. Penyakit ini disebabkan oleh African Swine Fever Virus (ASFV) dari genus Asfivirus dan famili Asfaviridae. Penyakit ASF menyerang spesies babi, baik ternak babi domestik maupun babi liar dalam segala umur," ujar Perwakilan FAO Indonesia Oemi Praptanto di Pontianak, Selasa.

Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) menempati urutan keenam nasional dari tingkat populasi babi domestik tertinggi. Dengan 80 persen di antaranya bersifat peternak rakyat yang menggunakan pola pemeliharaan tradisional yang memiliki penerapan biosekuriti yang masih kurang.

“Tingginya risiko penyakit ASF di Kalbar, menyebabkan muncul kasus ASF berulang, yakni di tahun 2021 dan 2023, yang berdampak pada kerugian ekonomi yang cukup signifikan bagi peternak babi skala mikro-kecil,” ungkapnya.

Oleh sebab itu, lanjutnya, Indonesia mengadopsi Program CABI yang dinilai sukses diterapkan di Asia Pasifik dalam mencegah penyakit ASF pada babi ternak. Ia juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Direktur Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian dan Pj Wali Kota Pontianak atas dukungan terhadap program ASF di Kalbar.

Baca juga: DPKP investigasi penyebab kematian mendadak ternak babi di Telawang

“Melalui program ini harapannya risiko penyakit ASF ini pada peternak babi secara kecil dapat dimitigasi,” harapnya.

Program CABI ini pertama kali diperkenalkan di Filipina pada 2022. Program ini menargetkan peternak babi skala kecil dalam mitigasi dan pemulihan penyakit ASF melalui penguatan biosekuriti. Intervensi pada program CABI dirancang secara praktis yang dapat diterima oleh masyarakat secara sosial dan ekonomi.

“Sehingga dapat disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan peternak,” kata Oemi.

Penjabat Wali Kota Pontianak Ani Sofia menyambut baik dicanangkannya program CABI di Kota Pontianak sebagai upaya melindungi ternak babi dari ASF. Saat ini, jumlah ternak babi skala kecil yang ada di wilayah Pontianak Utara sebanyak 200 ekor.

“Dengan adanya kerja sama Pemkot Pontianak dengan FAO Perwakilan Jakarta, masyarakat khususnya peternak babi, terlindungi dan terhindar dari penyakit ASF yang menyerang ternak miliknya,” kata dia.

Baca juga: Karantina Papua Barat antisipasi penularan virus demam babi Afrika

Pewarta: Dedi
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2024