Manado (ANTARA) - Kondisi Pulau Tagulandang yang berdekatan dengan Pulau Ruang masih gelap gulita pascaerupsi Gunung Ruang di Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulawesi Utara pada Selasa subuh.

Kondisi pelabuhan Tagulandang yang ada di Desa Bahoi hanya diterangi lampu yang berasal dari KN SAR Bima Sena. Tiang-tiang lampu yang berjejer sepanjang dermaga belum dialiri listrik.

"Lampunya padam diperkirakan sejak pukul 01.00 WITA tadi subuh," kata Anex Tatulus, warga Desa Mohongsawang saat diwawancarai di Pelabuhan Tagulandang, Selasa malam.

Dia mengatakan, lampu padam setelah terjadi letusan Gunung Ruang yang lebih dahsyat dibandingkan dengan erupsi sebelumnya.

"Terjadi hujan batu, kerikil debu saat terjadi letusan, lampu padam," katanya.  

Lain halnya dengan Yefti yang tinggal dekat dermaga Bahoi, menurut dia kondisi saat itu mencekam, takut bahkan gelisah setelah Gunung Ruang kembali meletus.

"Saat letusan kami diguyur hujan lebat, batu, hujan pasir, guntur. Kami panik," ujarnya.

Hingga pukul 22.02 Wita setelah KN SAR Bima Sena sandar, lampu di permukiman penduduk yang ada di sekitar Pelabuhan Tagulandang tidak menyala. Dari pelabuhan hanya tampak dari kejauhan empat titik seperti sesuatu yang bersinar redup di permukiman warga yang ada di bagian utara.

Bapak Anex dan ibu Yefti adalah warga Tagulandang yang terdampak erupsi Gunung Ruang yang kini hendak mengungsi ke Kota Manado ke rumah sanak famili.

Baca juga: Gunung Ruang tiga kali meletus sepanjang Selasa siang-petang
Baca juga: KRI Kakap dikerahkan evakuasi warga terdampak erupsi Gunung Ruang
Baca juga: Erupsi Gunung Ruang lebih besar, warga Tagulandang diminta mengungsi

 

Pewarta: Karel Alexander Polakitan
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2024