kelistrikan itu suplainya untuk bisa dimasuki energi hijau sangat besar dan diharapkan
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) mengungkapkan energi baru terbarukan (EBT) berpeluang besar untuk membantu sektor kelistrikan nasional.

"Dengan demikian, kelistrikan itu suplainya untuk bisa dimasuki energi hijau sangat besar dan diharapkan," ujar Direktur Jenderal EBTKE Eniya Listiani Dewi dalam seminar daring di Jakarta, Kamis.

Menurut dia, peran EBT dalam sektor kelistrikan diharapkan dapat membantu suplai listrik di beberapa wilayah Indonesia yang dalam beberapa tahun ke depan ada yang dalam kondisi siaga (kuning) atau bahkan mengalami defisit (merah).

"Kalau kita melihat banyak yang mendengar terkait masalah oversupply listrik, oversupply listrik ini sudah tidak ada lagi. Kalau kita melihat suplai listrik kita per 25 April masih normal atau hijau, yang memang dalam kondisi merah di satu wilayah yakni Tarakan," katanya.

Kemudian terdapat beberapa wilayah yang kondisi suplai listriknya dalam kondisi kuning yakni Khatulistiwa, Tanjung Selor, Tambora, Manokwari dan Merauke. Sedangkan wilayah-wilayah lainnya masih hijau.

Baca juga: PLN Sumut layani 152 MWh listrik dari EBT di F1H2O 2024

Baca juga: Pengembangan potensi panas bumi butuh percepatan


"Namun dua tahun lagi ini merah, kita sudah melakukan analisis di sekitar Sumatera, Sulawesi, Flores mulai merah pada dua tahun lagi. Dan (suplai listrik) Jawa sudah masuk ke kuning. Jadi isu oversupply listrik dua tahun lagi tidak berlaku. Ini yang perlu diperhatikan," kata Eniya Listiani Dewi.

Dalam peta jalan Net Zero Emission Kementerian ESDM, berbagai sektor yang didorong memang banyak untuk pemanfaatan EBT. Dirjen EBTKE sedang mendorong untuk panas bumi (geothermal) di mana panas bumi menjadi salah satu unsur utama yang didorong untuk bisa menjadi baseload selain hidro.

"Untuk sektor elektrifikasi karena ada kebutuhan luar biasa dan kondisi kita akan defisit, sektor ketenagalistrikan ini perlu didorong dan kita akselerasi untuk EBT-nya," ujar Eniya Listiani Dewi.

Di sisi lain untuk pemanfaatan EBT ada bahan bakar nabati dan termasuk hidrogen hijau untuk industri dan transportasi. Kemudian pada sisi praktik rendah karbon pada sektor co-firing dan melakukan phase down PLTU.

"Kita juga mengharapkan ada kontribusi-kontribusi lain dari bahan bakar nabati," kata Eniya Listiani Dewi.

Sebagai informasi, pengembangan energi terbarukan yang berkelanjutan menjadi penting, karena saat ini untuk menuju ketahanan energi Indonesia perlu pemanfaatan energi setempat yang bersih.

Selain itu, pembiayaan pembangunan proyek berbasis energi fosil seperti pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batubara juga sudah dihentikan oleh negara-negara pemberi modal.

Produksi listrik dari EBT diharapkan dapat menjadi solusi di tengah terus meningkatnya kebutuhan. Selain ramah lingkungan, pembangkit listrik EBT ini tentunya akan sangat membantu dalam mengurangi konsumsi bahan bakar minyak bagi pembangkit listrik.

Baca juga: RI buat bidding pembangkit listrik skala besar kejar transisi energi

Baca juga: PLN harapkan dukungan pemerintah percepat penambahan EBT

Pewarta: Aji Cakti
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2024