Bangsa majemuk ini harus dipersatukan dengan konsep pemberdayaan dan pendampingan melalui tiga elemen utama: modal finansial, modal intelektual, dan modal sosial,
Jakarta (ANTARA) - Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki pernah menyebut bahwa arisan merupakan kegiatan yang berakar dari budaya asli Indonesia. Arisan ini berasal dari kebiasaan atau tradisi berkumpul dan tolong-menolong. Implementasi konsep gotong-royong tercermin nyata melalui arisan.

Konsep yang mirip dikembangkan di Bangladesh oleh Muhammad Yunus yang dikenal atas inisiatifnya menciptakan Grameen Bank. Melalui Grameen Bank pula ia mendapatkan penghargaan Nobel Peace Prize 2006. Muhammad Yunus adalah profesor ekonomi di Universitas Chittagong.

Model Grameen Bank fokus memberikan pinjaman hanya kepada perempuan. Hal ini dilatarbelakangi karena perempuanlah yang paling memikirkan kebutuhan keluarga dan paling berperan pada kesejahteraan keluarga.

Di Indonesia, belajar dari Model Grameen,  beberapa lembaga keuangan nonbank telah menjalankan konsep Grameen. Tercatat ada PNM, Amartha, BTPN Syariah, Komida, Kopsyah BMI, Kopsyah AKR, Kopsyah Rabani, dan masih banyak pelaku usaha lainnya.

Mengapa model Grameen sukses diterapkan di Indonesia? Karena memang konsep ini sesuai dengan kebiasaan, budaya, dan nilai-nilai yang di masyarakat Tanah Air.


Pembiayaan dan pendampingan

PT Permodalan Nasional Madani (PNM) berdiri pada 1 Juni 1999. Namanya langsung diberikan oleh BJ Habibie yang saat itu menjadi Presiden, bahkan PNM telah dicita-citakan oleh Habibie sebagai lembaga yang mampu mewujudkan masyarakat yang maju dan modern pada skala nasional.

Bangsa yang majemuk ini harus dipersatukan dengan konsep pemberdayaan dan pendampingan melalui tiga elemen utama.

Masyarakat harus diberikan modal finansial, modal intelektual, dan modal sosial. Ketiganya harus diberikan secara simultan dan berkesinambungan.

Tidak cukup dengan modal finansial saja. Saat itu program KUT (Kredit Usaha Tani) yang  digadang-gadang mampu meningkatkan kesejahteraan petani, ternyata tidak berjalan baik.

Pembiayaan dan pendampingan haruslah menjadi kata kunci yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Ibarat dua keping mata uang, di satu sisi pemberdayaan dan di satu sisi pendampingan.

Oleh karena itu, menjadi krusial bahwa modal pun harus diberikan melalui modal finansial, modal intelektual, dan modal sosial.

Program Mekaar PNM saat ini telah memiliki 15,2 juta nasabah. Sebagai grup lending,  program ini telah menyalip Grameen Bank yang saat ini baru menyentuh kisaran 11 juta nasabah.

Jumlah nasabah sebesar ini tergabung melalui 810 ribuan kelompok di seluruh Indonesia. Saat ini PNM melalui program Mekaar adalah grup lending terbesar di dunia.

Tak heran Presiden Jokowi mengapresiasi capaian program Mekaar. Ketika bertemu dengan 5.000 nasabah Mekaar pada Februari lalu, Presiden menyebut bahwa inisiator dan pengembang program ini sangat pantas mendapat hadiah Nobel.

Pemberdayaan nasabah PNM Mekaar dilakukan melalui account officer (AO) yang saat ini berjumlah 48.189 orang.

Mereka berada di 3.867 unit Mekaar di seluruh Indonesia dengan sebaran, Bali dan Nusa Tenggara 269 unit, Jawa 2318 unit, Kalimantan 102 unit, Maluku 19 unit, Papua 6 unit, Sulawesi 285 unit, dan Sumatera 868 unit.

Aksi pemberdayaan dan pendampingan dilakukan oleh PNM melalui divisi khusus yakni Divisi Pengembangan Kapasitas Usaha (PKU). Nasabah tidak hanya diberikan modal uang tetapi secara berkesinambungan diberikan wawasan dan pembentukan mental berusaha.

Arief Mulyadi, Dirut PNM, menyebut bahwa keberadaan program Mekaar tidak semata-mata memberikan modal usaha. Jika hanya modal uang saja yang diberikan maka kerentanan untuk gagal akan semakin besar.

Keberadaan program ini untuk membentuk sikap mental dan kepercayaan diri bahwa masyarakat miskin bisa terlepas dari kemelaratannya.

Tidak sedikit masyarakat yang menganggap bahwa kemiskinan yang mereka derita adalah takdir yang mereka terima dan tak bisa diubah.

Melalui PKU, program Mekaar memperkuat kepercayaan diri nasabah untuk mendaki keluar dari jurang kemiskinannya. Sampai hari ini lebih dari 1,3 juta nasabah yang telah naik kelas dari usaha ultra-mikro ke usaha mikro.

Membersamai pelaku usaha ultra-mikro untuk menaikkan kelas usaha menjadi fokus PNM dan semua lembaga pemberdayaan.

Walaupun secara bisnis institusi yang melakukan pemberdayaan ini adalah lembaga keuangan, pelaku bisnis keuangan ini tidak bisa hanya melakukan proses pembiayaan. Risiko gagal akan diterima jika hanya proses pembiayaan saja yang dilakukan.

Program Mekaar terus berupaya meningkatkan penguatan modal intelektual dan modal sosial melalui efektivitas pertemuan kelompok yang dilaksanakan setiap Minggu.

Pertemuan itu mampu memicu menguatnya kualitas pengelolaan usaha nasabah sekaligus sebagai sarana untuk menemukan ide bisnis baru dan penciptaan pasar melalui pembentukan komunitas bisnis antarkelompok.

Klasterisasi nasabah melalui kelompok juga dilaksanakan agar identifikasi usaha nasabah makin mengerucut pada jenis usaha dan teritorial yang lebih jelas. Upaya ini akan memudahkan langkah pembinaan nasabah dan upaya menaikkan kelas usaha nasabah.

Fungsi kelompok sebagai satuan pembentuk modal sosial menjadi sangat penting. Oleh karenanya melibatkan ketua kelompok dalam berbagai program utama pemberdayaan menjadi hal krusial yang dilakukan oleh program Mekaar agar benar-benar terjadi alur bottom up yang ujungnya semua program dapat bermanfaat bagi pengembangan usaha nasabah sesuai dengan kebutuhan.


Atasi kemiskinan

Sejak bergabung menjadi bagian dari holding  ultra-mikro yang menempatkan BRI sebagai pimpinan holding -- bersama Pegadaian -- PNM lebih fokus menyasar usaha ultra-mikro. Karakter usaha ultra-mikro tentu sangat terkait dengan upaya pengentasan kemiskinan.

Program Mekaar memang ditujukan untuk mengatasi kemiskinan bahkan kemiskinan ekstrem dengan mengintegrasikan data dengan data Pensasaran Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem (P3KE).

Program Mekaar juga mengintegrasikan kemampuan, kapasitas, dan aset untuk memberikan nilai tambah kepada pelaku usaha ultra-mikro melalui target memperluas kesempatan masyarakat dalam mengaktualisasikan kemampuan produktifnya.  Hal ini dilakukan oleh program Mekaar dengan memberikan permodalan bukan saja kepada masyarakat yang telah memiliki usaha, juga kepada masyarakat yang belum memiliki usaha namun punya kemauan kuat berusaha.

Secara makro, program Mekaar juga mengakselerasi pelaku usaha untuk terus tumbuh guna mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Indef (2021) mencatat penyaluran pembiayaan oleh PNM Mekaar berkontribusi untuk meningkatkan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) sebesar 0,087 persen.

Dengan nominal (harga konstan) PDB Indonesia tahun 2020 sebesar Rp10.722,44 triliun, maka penyaluran pembiayaan PNM berkontribusi meningkatkan PDB Indonesia sebesar Rp 932,85 triliun.

Dari sudut pandang pendapatan per kapita, LPEM FEB UI (2022) mengeluarkan hasil penelitiannya bahwa setiap kenaikan plafon kredit Mekaar sebesar 1 persen akan meningkatkan pendapatan per kapita debitur Mekaar sebesar 0,014 persen.

Penerima pembiayaan PNM Mekaar memiliki pendapatan per kapita 0,139 persen lebih tinggi dibandingkan dengan non-penerima pembiayaan PNM Mekaar.

Indef melihat bahwa dari sektoral ekonomi, program Mekaar telah memiliki dampak langsung terhadap perubahan aset (capital stock) yang terjadi pada seluruh sektor. Namun yang terbesar dialami oleh sektor primer yakni pertanian (1,78 persen), peternakan (1,07 persen), dan perkebunan (0,79 persen).

Sementara itu, terdapat pula sektor-sektor lain yang tidak diintervensi secara langsung oleh program pembiayaan PNM Mekaar, namun terbukti menerima pengaruh positif.

Perubahan aset paling besar terlihat di sektor bangunan (3,51 persen), industri karet plastik (1,47 persen), dan industri alat angkutan (1,21 persen).

Dari sisi pendapatan rumah tangga, program pembiayaan Mekaar meningkatkan pendapatan rumah tangga sebesar 1,36 persen hingga 1,71 persen.

Dari sisi omzet dan profit usaha, setiap peningkatan 1 persen besaran plafon kredit Mekaar akan meningkatkan besaran omzet sebesar 0,066 persen. Setiap peningkatan 1 persen besaran plafon kredit Mekaar akan meningkatkan besaran profit sebesar 0,060 persen.

LPEM FEB UI (2022) juga mencatat dalam hal pengentasan kemiskinan bahwa setiap kenaikan plafon kredit Mekaar sebesar 1 persen akan mengurangi probabilitas debitur PNM untuk berstatus miskin menurut MPI (Multidimensional Poverty Index) sebesar 0,004 persen.

Keberhasilan program Mekaar dalam meningkatkan kesejahteraan nasabah yang tercermin dari meningkatnya indikator ekonomi, sosial dan lingkungan tidak terlepas dari kemampuan program ini dalam mereaktualisasi budaya bangsa menjadi kultur yang produktif.

Salah satu kunci suksesnya adalah pemahaman terhadap potensi lokal dan pelaksanaan mekanisme dari bawah ke atas atau bottom up dalam setiap program dan kegiatannya.


*) Penulis adalah Wakil Kepala Divisi Sekretariat Perusahaan PNM.


Editor: Achmad Zaenal M

Copyright © ANTARA 2024